Jumat, 07 Desember 2018

Bioekologi dan Sumberdaya Ikan Pelagis


Konsep Ikan Pelagis dan Demersal

Longhurst dan Pauly (1987) menyatakan bahwa komunitas ikan laut biasanya di modelkan sebagai dua komponen : demersal dan pelagis, dan pendekatan pertama adalah bahwa setiap komponen memperoleh energinya dari makanan yang ditangkap dari ekosistem bentik dan planktonik, berturut-turut. Bagaimanapun, kategori-kategori ini biasanya menyebabkan salah arah karena banyak spesies yang normalnya dianggap sebagai ikan demersal memperoleh makanannya dari ekosistem pelagis, termasuk dari komponen ikan pelagis tersebut. Sebaliknya, beberapa spesies ikan yang tampaknya pelagis memakan invertebrata penghuni-dasar, setidaknya selama sebagian musim atau sebagian siklus hidupnya, seperti yang dilakukan oleh ikan Decapterus besar di Pasifik barat.

Keragaman Spesies Ikan dan Rantai Makanan Pada Ekosistem Pelagis Laut

Ekosistem pelagis laut terbuka berbeda dengan ekosistem terumbu karang. Terumbu karang adalah salah satu dari dua habitat di planet bumi yang paling heterogen secara ruang dan paling terstruktur. Sebaliknya, zona pelagis laut terbuka mungkin merupakan ruang hidup di planet kita yang paling monoton, dengan sedikit keragaman suhu, cahaya dan kelimpahan organisme. Keragaman ini terutama terdapat pada bidang batas air-udara dan zona termoklin di mana densitas air dan suhu berubah dengan cepat.

Dengan demikian tidaklah mengherankan bila keragaman ikan teleostei adalah rendah pada ekosistem pelagis di mana sebagian besar ikan bersifat predator secara umum karena mereka memakan mangsa yang lebih kecil daripada ukuran tubuhnya sendiri dengan rasio yang hampir konstan; pemangsaan ini menggunakan teknik sederhana “kejar dan caplok” yang tidak membutuhkan keragaman bentuk seperti yang kita lihat pada ikan terumbu karang, di mana keragaman ikan teleostei paling tinggi. Tidak hanya predator-predator puncak yang mengalami generalisasi di laut terbuka. Sebagian besar ikan, semua ikan predator, berapapun ukurannya, fungsinya kurang-lebih sama dan beberapa spesialisasi yang patut diperhatikan adalah yang ada pada ikan mesopelagis, sebagian di antaranya mempunyai lubang bukaan mulut sangat besar dan memiliki organ cahaya yang menyala dalam gelap di bawah zona eufotik atau pada malam hari seperti predator di paparan benua dan terumbu karang yang menggunakan teknik “sergap dan caplok”. Selain itu, di laut terbuka mungkin hanya ikan todak (famili Istiophoridae) yang menunjukkan spesialisasi “melesat dan serang dari samping” seperti ikan barakuda di dekat pesisir. Jadi, pada ekosistem pelagis laut terbuka, rantai predator umum dimulai dari krustasea planktonik kemudian ikan mesopelagis dan beberapa ikan pelagis kecil sampai ke ikan tuna dan todak.

Perbedaan Karakteristik Darah Ikan Demersal dan Pelagis

Techilina (1992) mempelajari karakteristik morfologis darah 16 spesies ikan laut pelagis, bentopelagis dan ikan demersal. Pola perbedaan karakteristik darah bisa diamati, misalnya, jumlah eritrosit (sel darah merah) dan kadar hemoglobin yang lebih rendah pada ikan demersal yang aktivitas geraknya rendah. Ikan pelagis dengan tingkat metabolisme tinggi memiliki jumlah eritrosit yang lebih banyak dan kadar haemolgobin lebih tinggi. Ada korelasi negatif antara jumlah eritrosit dan leukosit (sel darah putih).

Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil di Indonesia

Menurut Anonymous (1992), ikan pelagis kecil didefinisikan sebagai gerombolan ikan-kecil yang hidup di dekat permukaan laut. Spesies kelompok ini (tidak termasuk tuna) adalah ikan layang (Decapterus spp.), kembung (Rastrelliger spp.), selar (Selar spp.), lemuru (Sardinella spp.), ikan golok-golok (Chirocentrus spp.), teri (Stolephorus spp.), layur (Trichiurus spp.) dan lain-lain. Untuk menghitung sumberdaya kelompok ini, survei akustik, statistik pendaratan dan metode ekstrapolasi digunakan untuk menentukan kepadatan populasi. MSY (Maximum Sustainable Yield) diduga sebesar 50 % dari sumberdaya ini. Secara nasional, sumberdaya ikan pelagis kecil di Indonesia diduga volumenya adalah 4.950.000 ton per tahun dan MSY-nya 2.580.200 ton per tahun dalam daerah seluas 2.100.000 km persegi. Sumberdaya ikan pelagis kecil di ZEE Indonesia diduga sebesar 1.462.000 ton per tahun.

Daftar Pustaka :

Anonymous. 1992. The Indonesian Fisheries Profile. Department of Agriculture, Directorate General of Fisheries. Jakarta. 25 pp.

Longhurst, A.R. and D. Pauly. 1987. Ecology of Tropical Oceans. Academic Press, Inc., California, 407 pp.

Techilina, L.V. 1992. Summer Haematologic Characteristics of Marine Fishes. Hydrobiology Journal, vol. 28, no. 4, pp. 40 - 44