Arsip Cofa No. A 018
donasi dg belanja di Toko One
Sebuah studi selama bertahun-tahun menunjukkan adanya jalinan interaksi rumit yang melibatkan produsen primer, herbivora, detritivora dan predator, yang semuanya berpengaruh kuat terhadap perikanan lobster yang sangat ekonomis penting di Nova Scotia. Pertama-tama perlu diperhatikan kejadian-kejadian di Teluk Margaret, Nova Scotia, antara 1968 dan 1976 yang diringkaskan oleh Mann (1977). Zona rumput laut (seaweed) dari garis pasang-surut tinggi, meluas ke zona pasang-surut (intertidal) dan turun sampai ke kedalaman sekitar 30 meter telah disurvei secara rinci pada 1968. Diketahui bahwa kepadatan rata-rata bulu babi Strongylocentrotus droebachiensis dalam rumput laut adalah 37 ekor per m2, tetapi distribusinya tidak merata. Ada gerombolan-gerombolan bulu babi yang padat, melebihi 100 per m2 , di daerah di mana rumput lautnya telah dibersihkan sama sekali hingga meninggalkan daerah berbatu yang hampir tak tertutup dan ada daerah yang penuh ditumbuhi kelp (lamun) dengan kepadatan bulu babi kurang dari 20 per m2. Selama periode sekitar 8 tahun, daerah-daerah ini didominasi oleh bulu babi yang tumbuh makin besar hingga mereka bergabung menjadi satu. Hal ini dilakukan oleh bulu babi-bulu babi yang membentuk gerombolan rapat di tepian hamparan kelp dan bergerak maju memakan tumbuhan tersebut atau menggigit tangkainya sehingga tumbuhan ini hanyut. Populasi bulu babi yang tetap tinggal di bebatuan akan mencegah pembentukan koloni baru mikro-alga yang permanen. Dalam delapan tahun lebih dari 90 % hamparan rumput laut subtidal di Teluk Margaret hancur oleh mereka.
Diduga bahwa, setelah menghabisi alga, populasi bulu babi akan berkurang akibat kelaparan sehingga alga akan kembali muncul. Hal ini tidak selalu benar. Dalam tahun pertama atau kedua setelah pembersihan alga, terjadi rekruitmen besar-besaran juvenil bulu babi. Dalam beberapa tahun berturut-turut intensitas rekruitmen ini melemah, tetapi kelas-kelas tahun yang sangat berhasil bertahan hidup akan tampak karena mendominasi populasi. Kepadatan populasi mula-mula naik sampai ke tingkat sedemikian hingga terlihat pertama kali pada tahun 1968. Setelah 12 tahun, tidak ada kasus rekolonisasi permanen permukaan batu oleh makro alga.
Penjelasan yang menarik mengenai ledakan populasi bulu babi adalah berkurangnya tekanan predator. Predator potensial bagi bulu babi meliputi berbagai jenis ikan, kepiting, bintang laut dan lobster. Di antaranya, hanya lobster yang menjadi sasaran perikanan yang intensif, dan telah ditunjukkan bahwa selama periode 1961 – 1971 hasil tangkapan lobster di Teluk Margaret menurun dari 360 menjadi 90 kg per nelayan, suatu petunjuk yang jelas bahwa biomas lobster sedang menurun. Diduga bahwa ada umpan balik positif dalam sistem ini, karena meskipun lobster bersembunyi di bawah batu atau meliang sepanjang siang, mereka berkeliaran dan memangsa invertebrata terutama pada malam hari. Lobster muda rentan terhadap pemangsaan oleh ikan, kepiting, anjing laut, dll., dan lobster yang berkeliaran di atas permukaan bebatuan yang tak tertutup pasti mengalami mortalitas yang lebih tinggi daripada lobster yang berkeliaran di sela-sela hamparan padat rumput laut. Selain itu, hamparan rumput laut dengan produktivitas dan keragaman habitatnya yang tinggi mempunyai lebih banyak fauna invertebrata daripada yang dimiliki permukaan bebatuan yang tak tertutup. Karena itu, diduga bahwa daerah di mana hamparan alga telah habis akan mendukung lebih sedikit produksi lobster daripada daerah yang ditumbuh-suburi oleh kelp.
Baru-baru ini studi ini telah dikembangkan agar dapat melingkupi daerah berskala geografis yang lebih luas (Wharton, 1980). Telah diketahui bahwa pada hampir 600 km sepanjang garis pantai Nova Scotia, dari ujung selatan Pubnico sampai Selat Canso di utara, dapat ditemukan rangkaian spasial (tempat terpisah-pisah) komunitas bulu babi yang sangat bersesuaian dengan rangkaian waktu yang diamati di Teluk Margaret. Pada ujung selatan, luas daerah yang ditutup kelp hampir 100 %, sedangkan populasi bulu babi kurang dari 0,1 per m2, dan keberadaan bulu babi ini sulit diketahui, seolah-olah bersembunyi dari predator. Mereka memakan potongan-potongan detritus rumput laut yang berserakan dan hanyut di bawah bebatuan.
Di Tanjung Sable, 20 km timur-laut Pubnico terjadi perubahan mendadak. Dalam beberapa kilometer kepadatan bulu babi meningkat sampai melebihi 40 per m2 dan ada bukti penggerombolan dan perusakan kelp. Beberapa km ke arah timur laut, kepadatan bulu babi melebihi 100 per m2, yang didominasi oleh rekruit baru dan luas daerah yang ditutupi kelp kurang dari 10 %. Jadi, sepanjang 400 km dari garis pantai ada sedikit tapi terlihat dasar laut terbuka yang didominasi bulu babi. Kepadatan bulu babi menurun perlahan dan ukuran rata-ratanya makin ke arah timur laut makin meningkat. Laju pertumbuhan bulu babi yang ada di dasar laut terbuka hanya sekitar sepertiga dari laju pertumbuhan bulu babi penghuni hamparan lebat kelp.
Kesimpulan dari hasil pengamatan ini adalah bahwa terjadi perusakan hamparan kelp di sepanjang pesisir, kecuali di ujung barat daya provinsi ini, dan bahwa kerusakan terjadi bertahun-tahun yang lalu di daerah timur-laut tetapi kerusakan yang terjadi di daerah ke arah ujung barat-daya baru akhir-akhir ini terjadi. Sebenarnya, proses ini masih berlanjut di sekitar Tanjung Sable, dan populasi bulu babi masih mengancam keberadaan hamparan kelp di sekitar Pubnico.
Studi terpisah telah dilakukan mengenai hasil tangkapan lobster di berbagai bagian provinsi ini. Telah diketahui bahwa dalam banyak kasus terjadi penurunan tajam hasil tangkapan dari mana perikanan ini tak pernah pulih. Rata-rata tangkapan dalam periode sepuluh tahun 1947 – 1956 bila dijadikan patokan 100 % maka terjadi penurunan drastis sampai di bawah 60 % dan tak pernah terpulihkan. Hasil tangkapan menurun pertama kali di ujung timur-laut daerah studi, dan makin ke arah barat daya menunjukkan makin meningkatnya laju penurunan tersebut pada tahun–tahun terakhir ini. Dengan demikian kejadian yang menimpa populasi lobster sejalan dengan yang menimpa komunitas bulu babi-kelp, tetapi antara kedua kejadian ini ada selang waktu, karena ada dua lokasi (70 km dan 130 km dari Pubnico) di mana hamparan kelp telah rusak tetapi tangkapan lobster belum berkurang di bawah 40 %.