Minggu, 23 Oktober 2016

Perikanan dan Musim Pemijahan Tengiri di India

donasi dg belanja di Toko One


Yohannan dan Balasubramanian (1991) melaporkan bahwa setelah perikanan tengiri di Calicut, India, memberikan hasil tangkapan yang relatif tinggi pada tahun 1980 – 1981, produksinya mencapai nilai terendah pada tahun 1983 – 1984. Hasil tangkap meningkat pada masa-masa berikutnya. Rekruitmen sumber daya perikanan ini hampir sempurna pada bulan September. Sumber rekruitmen utama di Calicut berasal dari pemijahan di bulan Juni dan Agustus. Curah hujan tahunan yang tinggi menguntungkan bagi perikanan ini, tetapi curah hujan dan hasil tangkap pada bulan September menunjukkan hubungan terbalik. Hasil tangkap pada tahun 1970 – 1971 jauh di atas tingkat keseimbangan. Besarnya stok pemijahan pada periode April – Juni menunjukkan hubungan langsung dengan total tangkapan pada musim tersebut. Secara umum perikanan tengiri di Calicut menunjukkan penurunan. Ada petunjuk bahwa tekanan penangkapan saat ini terhadap populasi tengiri melebihi optimum.

Gopakumar et al. (1991) melaporkan bahwa hasil tangkapan tahunan ikan tengiri yang didaratkan selama tahun 1977-1986 di Vizhinjam, India, rata-ata adalah 191,5 ton. Musim penangkapan tengiri berkisar dari bulan Oktober sampai Mei dengan puncaknya pada bulan April – Mei. Drift net (jaring hanyut) menghasilkan 63 % dari total tangkapan ikan ini. Sebanyak 20 % lainnya ditangkap dengan “hook and line” (pancing). Mekanisasi kapal tradisional meningkatkan hasil tangkapan. Ukuran ikan yang ditangkap berkisar antara 50 dan 290 mm. Puncak pemijahan adalah sekali selama bulan April – Mei dan sekali lagi selama September sampai Oktober.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait

Jumat, 21 Oktober 2016

Faktor-Faktor Oseanografi Yang Mempengaruhi Hasil Tangkap Tengiri

donasi dg belanja di Toko One


Ramana et al. (1991) mempelajari distribusi vertikal dan bulanan suhu, salinitas, konsentrasi oksigen terlarut dan beberapa parameter air laut lain di delapan stasiun di di lepas pantai Manjeswar, Laut Arab . Secara umum, perairan lepas pantai Manjeswar pada kedalaman sampai 50 meter adalah kurang-lebih isotermal (sama-suhu) selama bulan Januari, Februari dan Desember. Pada bulan Mei, September dan Oktober, perbedaan suhu vertikal pada kolom air sedalam 50 meter adalah agak tinggi. Penelitian ini menunjukkan adanya puncak termoklin pada kedalaman antara 10 dan 15 meter selama bulan September. Peningkatan salinitas yang sejalan dengan bertambahnya kedalaman adalah jelas selama periode Maret sampai November, yang mungkin disebabkan oleh adanya stratifikasi salinitas pada bulan-bulan ini. Kondisi yang hampir isohalin (sama-salinitas) timbul bersama dengan munculnya lapisan massa air panas yang teraduk selama Januari, Februari dan Desember, yang mungkin disebabkan oleh kuatnya angin hingga mengakibatkan pengadukan massa air. Dari semua parameter oseanografi, suhu dan salinitas air tampaknya memberikan efek langsung terhadap perikanan sardin dan tengiri pelagis d daerah ini. Penyimpangan suhu dan salinitas air dari nilai-nilai optimum tampaknya menyebabkan rendahnya hasil tangkap ikan sardin dan tengiri. Curah hujan, pH, konsentrasi oksigen terlarut dan kejernihan air memberikan efek tak langsung terhadap perikanan sardine dan tengiri pelagis.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait

Sifat Fototaksis Ikan Tengiri

donasi dg belanja di Toko One


Nomura and Yamazaki (1977) menyatakan bahwa ikan tengiri menunjukkan sifat fototaksis (tertarik cahaya) yang lemah bila dibandingkan sardin. Mereka lebih tertarik pada umpan. Oleh karena itu, nelayan “pole and line” menggunakan lampu bersama-sama dengan umpan untuk menangkap ikan ini. Tengiri menjadi aktif pada kondisi terang dengan membentuk gerombolan tetapi pada kondisi gelap mereka malas bergerak dan tidak menggerombol. Pengamatan tingkah laku tengiri dalam hubungannya dengan cahaya menunjukkan bahwa gerombolan ini memberikan reaksi lemah terhadap lampu fluoresensi maupun lampu pijar. Melalui alat “fish finder” (pencari ikan) diketahui bahwa ikan tengiri tersebar di permukaan laut sampai kedalaman 20 meter di bawah lampu pijar, dan tersebar pada kedalaman 3 sampai 30 meter di bawah lampu fluoresensi. Mereka lebih tertarik pada lampu fluoresensi berwarna biru-putih daripada warna hijau.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait

Selasa, 18 Oktober 2016

Kerusakan Terumbu Karang Oleh Bulu Babi dan Alga

donasi dg belanja di Toko One


Longhurst dan Pauly (1987), berdasarkan laporan beberapa peneliti, menyimpulkan bahwa grazing (aktivitas memakan tumbuhan) oleh ikan herbivora di terumbu karang memasok serpihan batu kapur hingga menjadi endapan pasir putih di sekeliling terumbu karang tersebut. Di terumbu karang Pasifik dan Karibia, diduga bahwa produksi pasir halus oleh erosi karang akibat grazing ikan herbivora bisa mencapai 200 – 600 ton/km2/tahun.

Longhurst dan Pauly (1987) melaporkan bahwa bulu babi Diadema antillarum, yang tersebar dari Florida sampai Suriname, bisa mencapai kepadatan lebih dari 50 individu per meter persegi dan mengikis kalsium dari terumbu karang pada saat memakan alga, bahkan memakan karang hidup. Bulu babi ini merupakan herbivora yang sangat kompetitif dan bisa menyebabkan daerah terumbuh karang yang luas menjadi gundul, dengan cara yang sama seperti bagiamana hamparan kelp diubah menjadi “padang bulu babi” oleh bulu babi Atlantik Utara Strongylocentrotus.

Coyer et al. (1993) meneliti interaksi antara bulu babi, alga dan karang scleractinia selama 10 tahun di lepas pantai Pulau Anacapa, California. Kelimpahan karang mangkok soliter (hidup sendirian) Balanophyllia elegans Verril dan persen penutupan oleh alga berkorelasi terbalik. Karang dapat terbunuh bila tertutup oleh holdfast (semacam akar pada makro alga), alga berfilamen atau alga koralin keras yang tumbuh dengan cepat. Penutupan karang akibat cepatnya pertumbuhan alga berfilamen dan alga koralin semakin parah bila selalu ada spesies alga yang lebih besar yang menyebabkan karang menarik polipnya kembali. Pengamatan jangka pendek maupun jangka panjang dan percobaan manipulasi menunjukkan bahwa secara nyata makin banyak karang yang menarik polipnya kembali , dan mortalitas karang meningkat di zona yang ditumbuhi alga alami maupun alga buatan daripada di zona tanpa alga. Selain itu, kisaran penarikan polip bervariasi tergantung spesies alga dan derajat gerakan air. Efek negatif alga terhadap karang diperantarai oleh aktivitas makan bulu babi. Bulu babi dengan kepadatan tinggi bisa menyingkirkan alga, sehingga mengurangi mortalitas karang akibat cepatnya pertumbuhan alga dan memungkinkan karang untuk meningkatkan kelimpahannya.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait

Minggu, 16 Oktober 2016

Pengikisan Karang oleh Aktivitas Makan Ikan

donasi dg belanja di Toko One


Longhurst dan Pauly (1987), berdasarkan laporan beberapa peneliti, menyimpulkan bahwa grazing (aktivitas memakan tumbuhan) oleh ikan herbivora di terumbu karang memasok serpihan batu kapur hingga menjadi endapan pasir putih di sekeliling terumbu karang tersebut. Di terumbu karang Pasifik dan Karibia, diduga bahwa produksi pasir halus oleh erosi karang akibat grazing ikan herbivora bisa mencapai 200 – 600 ton/km2/tahun.

Longhurst dan Pauly (1987) melaporkan bahwa ada sedikit spesies ikan yang secara khusus menyerang karang secara langsung, bahkan beberapa jenis ikan pipa (misal Oxymonacanthus), ikan bleni (misal Exallius) serta ikan kupu-kupu (misal Chaetodon) mengkhususkan diri memakan polip karang individual dan menggigit ujung-ujung cabang karang. Secara umum pemangsaan terhadap karang terbatas pada sedikit spesies ikan, dan potongan karang biasanya hanya merupakan bagian kecil dari material yang dimakan oleh ikan-ikan ini. Bagaimanapun, karena gigitan bisa menimbulkan kerusakan yang memungkinkan alga untuk masuk ke dalam rangka karang dan mencegah pertumbuhan-kembali jaringan karang hidup, kerusakan yang lebih parah bisa terjadi daripada sekedar penyingkiran jaringan tubuh karang sederhana. Beberapa ikan buntal kotak, seperti Ostracion, juga memakan polip karang. Ikan Monacanthidae menggunakan moncongnya yang kecil untuk memotong polip karang individual, sedangkan ikan Balistidae dengan gigi geligi yang lebih kuat dan moncong yang lebih pendek mampu menggigit potongan besar karang.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait

Selasa, 11 Oktober 2016

Perubahan Populasi Plankton Danau Akibat Eutrofikasi

donasi dg belanja di Toko One


Polli dan Simona (1992) meringkas semua informasi yag tersedia tentang perkembangan jangka panjang dan perkembangan terbaru populasi plankton di Danau Lugano, Italia, dengan memperhatikan evolusi kesuburannya. Pengaruh pertama eutrofikasi danau mulai muncul pada tahun 1980-an dan menyebabkan perubahan penting dalam komunitas fitoplankton yakni kemunculan dan cepatnya peningkatan populasi alga berfilamen Oscillatoria rubescens dan Stephanodiscus hantzschii, serta hilangnya zooplankton Diaptomidae. Sejak tahun 1980 konsentrasi fosfor mulai berkurang di lapisan epilimnion danau dan komunitas plankton menunjukkan komposisi baru dengan hadirnya spesies-spesies dominan lain : Oscillatoria redekel, Lyngbya limnetica, Stephanodiscus sp. (bentuk kecil). Sejak tahun 1989 standing crop (panenan tetap) alga berkurang nilainya sampai di bawah 2 gram/m2 (berat kering); selanjutnya Cyanophyceae berkurang banyak dan muncul spesies dominan baru (Tabellaria fenestrata, divisi Ulotrichales). Pada saat yang sama terjadi peningkatan populasi zooplankton herbivora (Daphnia hyalina) dan kemunculan kembali Diaptomidae. Hanya di basin (cekungan danau) utara ada kecenderungan penurunan produksi primer, yang berubah dari 480 menjadi sekitar 300 g C/m2/tahun selama 10 tahun terakhir.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait

Jumat, 07 Oktober 2016

Variasi Kelimpahan Mikroplankton Yang Tercermin Dalam Variasi Konsentrasi ATP-nya

donasi dg belanja di Toko One


Benzhitskiy dan Gordiyenko (1990) telah meneliti variasi antar waktu dalam hal konsentrasi ATP rata-rata di berbagai wilayah samudra. Variasi antar waktu yang jelas dalam hal ATP mikroplankton tampaknya disebabkan perubahan kelimpahan akibat mekanisme akumulasi pasif dan aktif. Variasi antar waktu ini harus diperhatikan dalam mengevaluasi variasi horizontal kelimpahan mikroplankton hidup.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait

Kebutuhan Karbon Dioksida, Lemak dan Glukosa Pada Jamur Air

Arsip Cofa No. A 034
donasi dg belanja di Toko One


Penelitian menunjukkan bahwa jamur Aqualinderella fermentans membutuhkan dalam jumlah besar karbon dioksida dari atmosfer (5 sampai 20 %) agar dapat timbuh dengan baik. Juga pertumbuhan Blastocladia akan sangat baik bila konsentrasi karbon dioskda atmosferik tinggi. Dua contoh tadi adalah satu-satunya kasus di mana jamur air membutuhkan karbon dioskida untuk pertumbuhannya. Bagaimanapun, beberapa penelitian lain menujukkan bahwa Allomyces, Blastocladia dan Blastocladiela memfiksasi karbon dioksida. Kebutuhan karbon dioskdia pada Aqualinderella dapat diganti sebagian dengan asam organik, seperti suksinat. Aqualinderella juga membutuhkan lemak. Campuran lemak dalam minyak biji gandum dan ekstrak ragi biasanya ditambahkan ke media pertumbuhan, tetapi dapat diganti dengan kolesterol dan asam oleik. Terakhir, kebutuhan N-asetil glukosamin bagi pertumbuhan Karlingia asterocysta Karling, sejenis jamur yang sangat membutuhkan kitin, pada media glukosa telah diamati. Glukosa ditambah N-asetil glukosamin atau kitin tampaknya merupakan satu-satunya substrat yang cocok bagi pertumbuhan jamur ini.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait

Selasa, 04 Oktober 2016

Komposisi dan Kelimpahan Fitoplankton Serta Pemangsaannya Oleh Mikrozooplankton

donasi dg belanja di Toko One


Verity dan Vernet (1992) melaporkan kelimpahan dan distribusi vertikal plankton fototrofik dan heterotrofik, laju pertumbuhan dan pemangsaannya oleh mikrozooplankton serta produk penguraian klorofil-a akibat pemangsaan tersebut di dua fyord di Norwegia. Kedua fyord mengandung komunitas mikroplankton yang melimpah. Konsentrasi maksimum khasnya adalah 2 – 4 ribu sel/ml untuk nanoplankton fotosintetik, 1 – 3 ribu sel/ml untuk nanoplankton heterotrofik, 40 – 80 ribu sel/ml untuk alga hijau-biru dan 4 – 9 siliata/ml. Kelimpahan maksimum terdapat pada zona eufotik. Fitoplankton dominan adalah taksa yang mengandung klorofil-c, terutama prymnesiophyta dan chrysophyta. Pemangsaan oleh mikrozooplankton yang berukuran kurang dari 200 mikron umumnya menghilangkan 50 – 100 % dan 20 – 100 % produksi harian sel-sel plankton yang berukuran kurang dari 10 mikron dan kurang dari 2 mikron, berturut-turut, termasuk taksa autotrofik dan heterotrofik.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait

Hubungan Produksi Bakterioplankton dan Komposisi Fitoplankton

donasi dg belanja di Toko One


Nakano (1992) mempelajari produksi bakterioplankton dan komposisi fitoplankton di zona pelagis Danau Biwa bagian utara dari tanggal 19 Februari sampai 7 Juni 1990. Selama periode penelitian, dua spesies fitoplankton mendominasi : Asterionella formosa (Bacillariophyceae) dari 19 Februari sampai 18 April (periode awal) dan Uroglena americana (Chrysophyceae) dari 9 Mei sampai 7 Juni (periode akhir). Produksi bakterioplankton diduga berdasarkan metode frekuensi pembelahan sel selama periode awal, yang berkisar dari 7,4 sampai 33 mikrogram karbon/liter/hari. Selama periode akhir, produksi bakterioplankton adalah rendah, berkisar dari 4,1 sampai 18 mikrogram karbon/liter/hari. Perubahan produksi bakterioplankton tampaknya berhubungan dengan perubahan komposisi fitoplankton.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait

Rabu, 28 September 2016

Gejala Defisiensi Beberapa Nutrisi Penting

donasi dg belanja di Toko One


Lovell (1998) menyusun daftar gejala-gejala kekurangan beberapa zat gizi pada ikan mas sebagai berikut :
- Magnesium : kejang, katarak, dan penurunan konsentrasi magnesium tulang.
- Fosfor : mineralisasi tulang kurang, cacat pada tulang tubuh dan tengkorak, dan peningkatan lemak pada organ dalam rongga perut.
- Besi : Anemia hypochromic microcytic
- Selenium : Anemia dan katarak
- Seng : katarak, pengikisan sirip dan kulit
- Vitamin A : pigmen kulit memudar, exophthalmus, tutup insang menggulung, pendarahan pada kulit dan sirip
- Vitamin E : exophthalmus, lordosis (tulang belakang melengkung), penyusutan otot, penyusutan ginjal dan pankreas.
- Thiamin : hipersensitif, pigmen kulit memudar, pendarahan di bawah kulit.
- Riboflavin : takut-cahaya, hipersensitif, pendarahan kulit dan sirip, kerusakan jaringan ginjal bagian depan
- Piridoksin : gangguan saraf, anemia, rendahnya enzim hepatopankreatik transferase
- Asam pantotenat : hyperplasia (pertambahan jumlah sel-sel yang berlebihan) pada insang, exophthalmus, dan pendarahan kulit
- Niasin : pendarahan kulit, lesu
- Biotin : pertumbuhan lambat, lesu dan peningkatan jumlah sel lendir kulit.
- Kolin : hati berlemak dan muncul gelembung-gelembung dalam sel hati
- Inositol : kehilangan lapisan lendir kulit
- Asam askorbat : pertumbuhan lambat.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait

Selasa, 27 September 2016

Dampak Defisiensi Lipida Pada Larva Ikan

donasi dg belanja di Toko One


Davis dan Olla (1992) melaporkan bahwa sementara pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan di laut bergantung pada jenis, ukuran dan kelimpahan mangsa, kualitas nutrisi mangsa juga memegang peranan penting. Kedua peneliti ini mempelajari hubungan antara kandungan lipida pada mangsa dengan pertumbuhan, ukuran gelembung renang, laju tenggelam, perilaku dan kelangsungan hidup larva ikan walleye pollock Theragra chalcogramma di bawah kondisi terkendali di laboratorium. Larva ikan yang diberi pakan berupa naupli udang renik Artemia spp yang kekurangan lipida menunjukkan pertumbuhan yang lambat, ukuran gelembung renang kecil dan kelangsungan hidup rendah. Larva ikan ini juga harus berenang hampir terus-menerus untuk mempertahankan posisi vertikal dalam kolom air agar tidak tenggelam. Sebaliknya, larva ikan yang diberi pakan berupa kopepoda liar atau Artemia spp. yang diperkaya dengan lipida menunjukkan perilaku pergiliran antara renang dan istirahat.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait

Fungsi Asam Askorbat Pada Ikan

donasi dg belanja di Toko One


Masumoto et al. dalam Akiyama dan Tan (1991) melaporkan bahwa sebagai agen pereduksi kuat, asam askorbat terlibat dalam banyak fungsi biologis pada ikan yang mencakup pertumbuhan, reproduksi, respon stres, ketahanan terhadap penyakit serta antioksidasi dan metabolisme lipida. Fungsi-fungsi ini bekerja pada tingkat kebutuhan dasar (50 – 100 ppm). Sulit untuk menentukan peranan positif dari penambahan asam askorbat berkadar tinggi ke dalam pakan akuakultur : mekanisme bagaimana asam askorbat berkadar tinggi mempercepat fungsi-fungsi biologis ikan belum dapat dipahami dengan jelas. Lama periode waktu yang diperlukan bagi pemberian asam askorbat berdosis tinggi guna memperbaki status asam askorbat dalam tubuh ikan adalah tidak pasti. Asam askorbat sebaiknya dianggap sebagai perlakuan pencegahan bagi kesalahan fungsi biologis, bukan sebagai metode penyembuhan bagi penyakit atau stres. Dengan demikian diperlukan periode pemberian yang lama. Pabrik pakan dan ahli akuakultur sebaiknya memperhatikan dengan cermat apakah asam askorbat berdosis tinggi adalah masuk akal dan ekonomis.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait

Rabu, 14 September 2016

Tepung Rumput Laut Sebagai Agen Pengikat Pakan dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ikan

donasi dg belanja di Toko One


Hashim dan Mat Saat (1992) mengevaluasi empat spesies rumput laut lokal (Ulva spp., Sargassum spp., Polycavernosa spp. dan Gracilaria spp.) dan karaginan sebagai agen pengikat pada pakan pelet untuk anak ikan gabus (Channa striatus) selama periode 8 minggu. Lima pakan isonitrogen (berkadar nitrogen sama) telah disiapkan yang mengandung 5 % agen pengikat ditambah 5 % tepung gandum. Pakan kontrol mengandung 10 % tepung gandum. Pakan berbasis karaginan memiliki stabilitas air terbaik sedangkan pakan kontrol yang hanya mengandung tepung gandum memiliki kestabilan terburuk setelah 60 menit. Laju pertumbuhan dan nilai efisiensi pakan terbaik telah diamati untuk ikan yang diberi pakan karaginan-tepung gandum. Di antara jenis-jenis rumput laut yang diuji, tepung Ulva spp. memiliki kestabilan terbaik serta memberikan laju pertumbuhan relatif dan nilai efisiensi pakan tertinggi. Kelangsungan hidup anak ikan tertinggi ditemukan untuk kelompok yang diberi pakan berbasis karaginan sedangkan kelangsungan hidup terendah adalah pada kelompok yang diberi pakan tepung Sargassum spp.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait

Pemanfaatan Rumput Laut Untuk Pupuk dan Pestisida

donasi dg belanja di Toko One


Crouch dan Van Staden (1993) melaporkan bahwa pekatan rumput laut, yang dibuat dari alga Ecklonia maxima, bila diberikan sebagai obat tanah ke benih tomat, secara nyata meningkatkan pertumbuhan tanaman tersebut dan menurunkan serangan Meloidogyne incognita. Pekatan rumput laut yang diberikan ke daun tomat berpengaruh kecil terhadap pertumbuhan tanaman dan meningkatkan jumlah bisul nematoda. Pekatan rumput laut mengurangi efek menghambat terhadap serangan hama nematoda penyebab bisul-akar pada akar-terpotong tomat yang mudah terserang. Pemberian pekatan rumut laut dengan konsentrasi sama ke tanaman yang kebal-nematoda meningkatkan jumlah masa telur hama ini.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait

Variasi Musiman Biomas, Kadar Algin dan Manitol Pada Rumput Laut

donasi dg belanja di Toko One


Kalimuthu et al. (1991) melakukan penelitian dari bulan September 1985 sampai Agustus 1986 mengenai “standing crop” (panenan tetap), kadar algin dan manitol dari tiga spesies alga coklat Colpomenia sinuosa, Hydroclathrus clathratus dan Rosenvingea intricata yang tumbuh di Pulau Shingle dan Kilakkarai dekat Mandapam, India. Rumput laut spesies-spesies ini ditemukan antara bulan September dan Maret dengan biomas tumbuhan maksimum pada bulan Desember sampai Februari. Standing crop bervariasi dari 0,814 sampai 4,250 kg berat/m2 untuk Colpomenia sinuosa, 1,823 sampai 4,971 kg berat/m2 untuk Hydroclathrus clathratus dan 3,309 sampai 12,024 kg berat/m2 untuk Rosenvingea intricata dan kadar algin berkisar dari 4,7 sampai 14,1 %, 7,5 sampai 14,7 % dan 10,4 sampai 20,5 % berturut-turut dengan nilai-nilai maksimum selama Desember sampai Februari. Kadar manitol bervariasi dari 0,5 sampai 2,2 % dalam rumput-rumput laut ini. Tidak ada variasi musiman yang menyolok dalam hal hasil algin dan manitol pada ketiga jenis alga tersebut. Periode dari Desember sampai Februari adalah cocok untuk memanen tumbuhan penghasil algin ini guna memproduksi natrium alginat.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait

Jumat, 02 September 2016

Variasi Geografis Kandungan Protein Dalam Rumput Laut

donasi dg belanja di Toko One


Walford dan Wilber (1955), berdasarkan laporan beberapa peneliti, menyimpulkan bahwa lokasi pengumpulan alga (rumput laut) tampaknya mempengaruhi kadar proteinnya. Alga dari laut terbuka mengandung nitrogen organik dalam jumlah lebih besar daripada yang dikumpulkan di perairan yang terlindung atau tempat di antara keduanya. Tepung rumput laut dari Denmark mempunyai kadar protein kasar sekitar 13 %, dibandingkan dengan yang dari perairan Skotlandia (11 %) atau Norwegia (7 %). Di Jepang, Laminaria dari daerah Horotzumi mengandung sekitar 6,4 % protein (berat kering), sedangkan Laminaria dari daerah Mitsuishi 8 %. Variasi serupa dalam hal kandungan alga di sepanjang pesisir California juga telah diketahui.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait

Habitat dan Distribusi Cephalopoda

donasi dg belanja di Toko One


Menurut Hickman et al. (2001) kelas cephalopoda mencakup cumi-cumi, gurita, nautilus dan sotong. Kisaran ukuran cephalopoda adalah mulai 2 atau 3 cm ke atas. Cumi-cumi yang umum dijual, Loligo, panjangnya sekitar 30 cm. Cumi-cumi raksasa Architeuthis adalah invertebrata terbesar yang kita kenal. Semua cephalopoda hidup di laut dan merupakan pemangsa aktif. Mereka tampaknya peka terhadap salinitas. Beberapa dijumpai di Laut Baltik, yang airnya kurang asin. Cephalopoda ditemukan di berbagai kedalaman laut. Gurita sering terlihat di zona intertidal, di antara celah-celah batu, tetapi kadang-kadang juga ditemukan di bagian laut yang dalam. Cumi-cumi yang lebih aktif jarang dijumpai di perairan yang sangat dangkal, dan kadangkala tertangkap pada kedalaman 5.000 meter. Nautilus biasanya ditemukan di dekat dasar laut pada kedalaman 50 sampai 560 meter, dekat pulau-pulau di Pasifik barat daya.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait

Senin, 29 Agustus 2016

Keragaman Spesies Moluska di Zona Intertidal Berbatu

donasi dg belanja di Toko One


Roman Contreras et al. (1991) memberikan informasi mengenai moluska pantai yang dikumpulkan pada bulan Februari, Juni dan Agustus 1984 di daerah pantai berbatu di Teluk Chamela, Meksiko. Lima puluh lima spesies moluska telah dikumpulkan dengan tangan, alat keruk (dredge) dan metode transek. Dua puluh sembilan spesies dikumpulkan dengan meode terakhir ini, 26 di antaranya adalah gastropoda dan hanya tiga spesies bivalva. Spesies moluska yang paling melimpah adalah Littorina aspera Philippi, Siphonaria palmata Carpenter, Nerita (R.) scabricosta Lamarck, Septifer zeteki Hertlein & Strong, Littorina modesta Philippi dan Nerita tuniculata Menke. Littorina aspera menghuni daerah di antara zona supralitoral dan garis surut maskimum, sedangkan Littorina modesta terbatas pada zona mesolitoral. Keragaman moluska paling tinggi adalah di daerah pantai berbatu dengan substrat yang beraneka ragam, dan keragaman rendah ditemukan di daerah berbatu-batu licin yang terlindung-sebagian. Karakeristik pantai berbatu adalah penting dalam pola-pola distribusi spesies. Coralliophila (C.) macleani Shasky, Nassarius limacinus (Dall), Ruthia mazatlanica Shasky dan Stylocheilus longicauda (Quoy & Galmard) adalah spesies-spesies moluska yang baru pertama ditemukan di Teluk Chamela.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait

Penyebaran Gastropoda dan Bivalva

donasi dg belanja di Toko One


Menurut Hickman et al. (2001) moluska ditemukan dalam kisaran habitat yang luas, dari daerah tropis sampai laut kutub, di tempat dengan ketinggian melebihi 7.000 meter, di kolam, danau dan sungai, di hamparan lumpur, di pantai dan di samudra terbuka. Kebanyakan di antara mereka hidup di laut dengan pola hidup yang beragam, termasuk pemakan dasar perairan (bottom feeder), peliang, pengebor dan pelagis. Di laut gastropoda umum dijumpai baik di zona litoral maupun di dasar laut yang dalam, bahkan ada yang hidup pelagis di permukaan laut. Beberapa gastropoda beradaptasi terhadap perairan payau dan yang lainnya terhadap perairan tawar. Di darat mereka dibatasi oleh beberapa faktor seperti kandungan mineral dalam tanah serta suhu ekstrim, kekeringan dan keasaman tanah. Kebanyakan bivalva hidup di laut, tetapi banyak pula yang menghuni perairan payau, sungai, kolam dan danau. Sebagian besar bivalva hidup menetap dan merupakan pemakan-penyaring (filter feeder) yang menangkap makanan yang dibawa arus air yang ditimbulkan oleh insang.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait

Kerusakan Pada Tubuh Ikan Akibat Suara

donasi dg belanja di Toko One


Hastings (1991) melaporkan bahwa suara yang mengganggu organisme air sering timbul di perairan; akibatnya, kebanyakan energi suara dari sumber bawah-air akan memasuki dan berinteraksi dengan tubuh organisme air tersebut. Suara yang sangat kuat bisa membuat tuli atau bahkan membunuh ikan. Hasil-hasil beberapa penelitian menunjukkan adanya kerusakan yang nyata seperti tuli dan organ dalam pecah yang disebabkan oleh suara bawah-air. Data yang tersedia menunjukkan, bagaimanapun, bahwa ikan menderita kerusakan organ dalam dan gangguan fisiologi serta kerusakan fisik bila terkena tekanan suara yang cukup kuat selama periode yang relatif singkat. Hasil-hasil percobaan membuktikan adanya keterkaitan antara tekanan suara bawah-air yang berfrekuensi 100 sampai 500 Hz dengan berbagai bentuk kerusakan pada tiga spesies ikan air tawar. Disimpulkan bahwa ikan bisa menderita kerusakan morfologis internal (misal kerusakan pada bagian sel-sel rambut yang ada di telinga-dalam) meskipun tidak mengalami kerusakan fisik pada tubuh bagian luar atau gangguan tingkah laku. Jadi, tingkat tekanan suara yang berbahaya bagi organisme air mungkin sebenarnya jauh lebih rendah daripada yang biasanya dilaporkan.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait

Selasa, 23 Agustus 2016

Dapatkah Mengusir Ikan Dengan Suara Berfrekuensi Tinggi ?

donasi dg belanja di Toko One


Dunning et al. (1992) mengamati respon ikan Alosa pseudoharengus terhadap suara berfrekuensi tinggi untuk mengembangkan sistem akustik guna mencegah ikan mendekati saluran pemasukan air di stasiun pembangkit listrik. Empat kelompok ikan dikenai berbagai frekuensi suara yang berkisar dari 110 sampai 150 kHz dengan tekanan suara 125 sampai 180 desiBell. Setiap kelompok ikan yang masing-masingnya terdiri-dari 20 atau 25 ikan diuji di dalam kurungan yang digantung di dalam air. Selama siang hari ikan menggerombol dan sangat menghindari nada yang putus-putus pada frekeunsi 110 dan 125 kHz dengan kebisingan 175 dB atau lebih, nada yang kontinyu pada 125 kHz dan 172 dB, dan suara “broadband” (jalur lebar) yang putus-putus antara 117 dan 133 kHz atau di atas 157 dB. Walaupun ikan dibiasakan dengan nada-nada ini, mereka makin menghindari suara broadband putus-putus pada 163 dB. Respon yang makin mantap dalam menghindari suara broadband mungkin disebabkan kisaran frekuensi sinyal ini. Pada malam hari, ikan Alosa tidak menggerombol, tidak berenang aktif dan tidak bereaksi dengan kuat terhadap suara broaband. Melemahnya respon penghindaran pada malam hari mungkin disebabkan tidak terbentuknya gerombolan ikan dan berkurangnya aktivitas renang.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait

Kamis, 23 Juni 2016

Klasifikasi dan Habitat Jamur Air

Arsip Cofa No. A 032
donasi dg belanja di Toko One


Phycomycetes air mencakup sejumlah kelas jamur di mana hubungan jamur tersebut dengan lingkungannya baru sedikit diketahui. Jamur lendir, yang mencakup Labyrinthulate dan kerabat dekatnya, tidak lazim digolongkan sebagai phycomycetes air : mereka hidup di tanah karena sebagian di antaranya berkerabat jauh dengan Oomycetes, tetapi ada sedikit jamur ini yang ditemukan di perairan tawar. Dengan demikian kelompok ini tidak dibahas dalam uraian ini. Kelas dan ordo jamur yang memiliki peranan penting dalam ekologi phycomycetes air tawar adalah :
- Kelas Oomycetes : Ordo Saprolegniales, Leptomitales, Lagenidiales, Peronosporales
- Kelas Hyphochytridiomycetes : Ordo Hyphochytriales
- Kelas Chytridiomycetes : Ordo Chytridiales, Blastocladiales, Monoblepharidales
- Kelas Zygomycetes : Ordo Mucorales, Entomophthorales
- Trichomycetes : Ordo Amoebidiales, Harpellales, Eccrinales, Asellariales

Ekologi Hyphochytridiomycetes masih belum banyak diketahui, sehingga sebagian besar uraian berikut membahas tiga kelompok jamur yaitu jamur biflagelata heterokont, jamur berflagel-satu dan Zygomycotina. Meskipun ketiga kelompok jamur ini telah dikenal, namun penelitian keseimbangan ekologi jamur-jamur tersebut tidak banyak dilakukan.

Jamur telah berhasil diisolasi dari ekosistem perairan yang meliputi sungai dan anak-anak sungai serta bagian hulu estuaria, juga danau dan kolam, danau-rawa, rawa serta sawah, kubangan dan genangan air sementara. Pada lokasi atau musim di mana air mengalir deras terbentuk kondisi perairan lotik (mengalir). Lingkungan lentik (menggenang) timbul pada badan air yan lebih tenang, dan di sini perubahan vertikal mendominasi sehingga terbentuk termoklin akibat perbedaan faktor-faktor fisika-kimia perairan dan merangsang biota melakukan migrasi vertikal harian. Lingkungan lentik yang agak dangkal bisa menjadi lotik pada saat hujan lebat. Jadi semua istilah umum ini hanya merupakan pendekatan dan harus digunakan sesuai dengan kondisinya.

Dalam semua jenis lingkungan tersebut ada empat zona yang mungkin terbentuk : zona perairan bebas, bidang batas udara/air, bidang batas air/dasar perairan dan zona litoral. Habitat-habitat ini bisa berhubungan dengan habitat lainnya melalui air permukaan dan air yang ada di sela-sela sedimen. Perbedaan zona-zona tadi timbul akibat interaksi iklim dan musim dengan perairan, yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi tekanan oksigen dan karbon dioksida, pencucian dan pelarutan mineral serta ketersediaan substrat.

Dalam lingkungan perairan juga terjadi berbagai macam hubungan substrat. Sebagai contoh adalah :
(1) Substrat partikulat kecil (seperti serbuk sari, biji-biji tumbuhan kecil, plankton, potongan-potongan bangkai serangga ecil, dan lain-lain) yang melayang-layang bebas di dalam kolom air serta dicirikan oleh keberadaannya dalam air yang sangat singkat dan terpisah dari semua unit substrat.
(2) Substrat yang terletak atau melekat pada suatu obyek dalam sistem perairan (mencakup detritus dasar perairan, epifit dan parasit pada batang, daun dan akar tumbuhan tingkat tinggi, serta saprofit dan parasit yang menempel pada binatang besar di mana perubahannya lebih lambat dan bergantian (suksesi).
(3) Saprofit di dalam perut binatang di mana adaptasinya terhadap niche ekologis sama seperti yang dilakukan oleh parasit internal obligatif (yakni parasit internal yang hanya menyerang inang atau bagian tubuh inang tertentu saja) dan di mana pengaruh langsung lingkungan perairan ini terhadap pertumbuhan vegetatif jamur sangat kecil.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait

Aerasi Untuk Menyingkirkan Karbon Dioksida (CO2)

donasi dg belanja di Toko One


Eshchar et al. (2003) meneliti laju penyingkiran karbon dioksida oleh peralatan aerasi di dalam tangki ikan laut. Mereka melaporkan bahwa, dibandingkan aerator bawah-air, kincir air lebih efisien dalam menyingkirkan karbon doksida dengan laju pemindahan sampai 1.200 gram CO2 per jam dan efiesiensi 1,2 kg CO2 per kWh. Pada budidaya intensif ikan sea bream, beban pakan maksimum yang dapat didukung oleh sebuah kincir air adalah 43,6 kg pakan per hari dengan kebutuhan energi sekitar 1,0 kWh per kg ikan yang diproduksi.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait

Minggu, 12 Juni 2016

Pemanfaatan Rebon (Acetes) Untuk Pakan Larva Udang

donasi dg belanja di Toko One


Kungvankij et al. (1986) dalam Maclean (1986) melaporkan bahwa meskipun banyak jenis pakan udang buatan telah diformulasikan, namun pakan tersebut terlalu mahal atau ketersediaannya terbatas secara komersial. Sebaliknya, organisme pakan alami sulit untuk dipelihara dan pasokannya sering tidak menentu. Telah dilakukan upaya-upaya penelitian untuk mengembangkan pakan buatan yang cocok bagi larva udang dengan bahan-bahan yang tersedia secara lokal. Udang rebon (Acetes) segar dan kering harganya murah dan tersedia dalam jumlah besar di perairan tropis. Percobaan pemeliharaan larva dengan menggunakan pakan berupa udang rebon giling telah dilakukan pada berbagai kondisi iklim dan sistem hatchery. Pada musim kering, larva di tangki luar-ruangan yang diberi pakan rebon kering menunjukkan tingkat kelangsungan hidup tertinggi (68 %) dibandingkan larva yang diberi pakan Chaetoceros (48%) atau rebon segar (39%). Larva di tangki luar-ruangan berganti kulit ke tahap post larva dalam waktu delapan sampai sembilan hari. Sebaliknya, larva di tangki dalam-ruangan hatchery yang dipelihara dengan pakan Chaetoceros memiliki tingkat kelangsungan hidup lebih tinggi (52 %) daripada yang diberi pakan dengan rebon (35 %) dan rebon segar (24 %); bagaimanapun, periode ganti kulit dari telur ke post larva membutuhkan waktu 11 - 12 hari. Selama bulan-bulan musim hujan, kelangsungan hidup larva yang dipelihara dengan pakan Skeletonema, rebon kering dan rebon segar di tangki luar-ruangan adalah 72%, 52% dan 38% sedangkan di tangki dalam-ruangan 62%, 40% dan 23%, berturut-turut. Bagaimanapun, periode ganti kulit dari telur ke post larva adalah 9 – 10 hari dan 12 – 13 hari di tangki luar-ruangan dan dalam-ruangan, berturut-turut.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait

Rabu, 08 Juni 2016

Distribusi dan Perilaku Acetes Dalam Kaitannya Dengan Pasang Surut dan Siklus Harian

donasi dg belanja di Toko One


Xiao dan Greenwood (1992) mengumpukan sampel udang Acetes sibogae pada selang waktu 2 jam selama 48 jam di tiga lokasi sekitar garis tengah estuaria pasang-surut untuk meneliti distribusi udang ini di dalam badan air selama siklus pasang surut dan siklus harian, serta untuk menduga peranan tingkah laku dalam mempertahankan distribusi populasi di perairan estuaria/pesisir dalam kaitannya dengan beberapa faktor lingkungan. Suhu air, salinitas, tinggi pasang surut dan intensitas cahaya diukur pada saat yang sama. Distribusi udang di estuaria adalah seragam dan tetap selama periode siang atau malam, saat banjir atau saat surut. Perubahan kelimpahan Acetes sibogae adalah berhubungan dengan cahaya dan siklus pasang-surut di setiap lokasi dengan hasil tangkapan lebih banyak pada saat periode gelap dan selama banjir pasang. Acetes sibogae juga menunjukkan gerakan vertikal malam hari maupun gerakan vertikal mengikuti pasang-surut di dalam badan air, dengan jumlah udang lebih banyak ditemukan di dekat permukaan air daripada dekat dasar perairan selama banjir pasang dan pada malam hari. Tidak ada perbedaan nyata dalam hal distribusi kelompok ukuran antar sampel dari semua lokasi. Acetes sibogae membentuk kumpulan besar di dalam badan air. Diduga bahwa perilaku berkumpul ini serta gerakan vertikal malam hari dan gerakan vertikal mengikuti pasang-surut dilakukan untuk mempertahankan populasi di perairan estuaria/pesisir.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait

Senin, 06 Juni 2016

Gabungan Aerasi dan Sirkulasi Air Untuk Memperbaiki Kolam Ikan

donasi dg belanja di Toko One


Rogers (1989) menyatakan bahwa aerasi dan sirkulasi adalah dua proses yang terpisah, masing-masing sangat mempengaruhi dinamika kolam budidaya. Aerasi atau penambahan oksigen ke air kolam menyediakan kondisi yang cukup aerob untuk mendukung kehidupan akuatik dan memperbaiki kualitas air. Sirkulasi, sebaliknya, tidak secara langsung menambahkan oksigen ke kolam tetapi dapat mempengaruhi aerasi dengan cara mendistribusikan kembali oksigen dan mempengaruhi pemindahan oksigen. Baik aerasi maupun sirkulasi penting untuk mencegah proses penuaan alami tanah dan air kolam. Strartegi manajemen yang efektif harus melibatkan aerasi maupun sirklulasi. Keuntungan sistem seperti ini adalah memperpanjang umur kolam, memperbaiki kualitas air dan tanah kolam, menyeragamkan distribusi suhu dan konsentrasi oksigen terlarut dari permukaan ke dasar kolam, mengurangi lapisan sedimen anoksik dan memperbaiki habitat bagi produksi ikan.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait

Keunggulan Respirasi Aerob Dibandingkan Fermentasi Pada Jamur Air

Arsip Cofa No. A 031
donasi dg belanja di Toko One


Menurut Dick (1976) dalam Jones (1976), efisiensi konversi energi dari substrat menjadi protoplasma jamur tergantung pada interaksi antara faktor lingkungan, kemampuan biokimia yang dimiliki jamur serta tipe sumber karbon yang tersedia dalam substrat. Fermentasi relatif tidak efisien dibandingkan dengan respirasi aerob yang menghasilkan lebih banyak energi dalam kondisi ada oksigen dan sumber karbon terbatas; fermentasi mengharuskan jamur memiliki derajat diferensiasi sitoplasmik internal yang tinggi dan respirasi endogenous yang tinggi pula. Bagaimanapun, dalam lingkungan perairan, difusi oksigen relatif lamban, dan kecuali bila terjadi pengadukan atau segera mendapat masukan oksigen dari hasil fotosintesis, akan timbul kecenderungan kekurangan oksigen, sehingga menghambat efisiensi respirasi. Dengan demikian, organisme yang beradaptasi terhadap resprasi oksidatif dalam lingkungan perairan menunjukkan kecenderungan laju pertumbuhan metaboliknya rendah pada sumber karbon yang terbatas, atau siklus vegetatifnya singkat pada substrat di mana sumber karbon dengan cepat menjadi terbatas, seperti pada kasus-kasus organisme holocarpic yang sering terdapat di lingkungan perairan. (Holocarpic adalah jamur yang seluruh talusnya berkembang menjadi badan buah atau sporangium. Lawan holocarpic adalah eucarpic).

Telah diketahui dengan baik bahwa melimpahnya zat gula yang sangat mudah difermentasi cenderung menghambat respirasi aerobik sekalipun pada kondisi aerobik (pergeseran ke pola fermentatif ini biasanya melibatkan enzim fumarate reduktase). Bila sumber nutrien seperti ini agak sulit diuraikan secara total karena strukturnya menghambat organisme kompetitor, dan bila sumber nutrien ini tersedia secara teratur atau secara periodik, kita bisa mengharapkan bahwa organisme akan berevolusi dengan mengembangkan suatu sistem enzim yang lebih dapat mendukung proses fermentasi meskipun kondisi lingkungan sebagian aerobik. Interaksi antara lingkungan perairan, substrat dan kemampuan biokimia jamur ini menjadi dasar penggunaan umpan klasik jeruk dan buah tumbuhan mirip-mawar untuk mengumpulkan jamur Rhipidiaceae dan Blastocladiaceae.

Jadi suatu substrat alami yang kompleks mungkin pada saat yang sama ditumbuhi oleh berbagai jenis jamur, sebagian di antaranya berespirasi secara aerobik sementara yang lain menggunakan fermentasi. Dalam kondisi ini sulit untuk menghubungkan semua rasio (quotient) repirasi dengan nilai dugaan jumlah propagule (struktur reproduktif jamur) dan/atau jumlah massa miselial agar dapat menghasilkan persamaan produktivitas jamur, kecuali bila komposisi populasi jamur dapat diketahui.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait

Sabtu, 04 Juni 2016

Keunggulan Metode Aerasi Sistem Suspensi

donasi dg belanja di Toko One


Lohalaksanadet dan Musig (1998) melaporkan bahwa penggunaan dua sistem aerasi, yaitu sistem aerasi untuk mensuspensi sedimen dan sistem aerasi untuk memindahkan sedimen ke tempat penimbunan di bagian tertentu di dasar kolam menyebabkan peningkatan kekeruhan air kolam sehingga menurunkan jumlah fitoplankton dan klorofil-a bila dibandingkan dengan kolam kontrol. Lebih rendahnya jumlah fitoplankton di kolam yang menggunakan kedua sistem aerasi ini menyebabkan lebih kecilnya fluktuasi harian pH dan konsentrasi oksigen terlarut, lebih sedikitnya penimbunan bahan organik, dan lebih tingginya potensial redoks tanah dasar kolam. Pada sistem suspensi sedimen diamati bahwa airnya lebih keruh serta fluktuasi harian pH dan konsentrasi oksigen terlarut lebih kecil bila dibandingkan dengan penggunaan aerasi untuk memindahkan sedimen ke tempat penimbunan tertentu. Tidak ada perbedaan nyata (P< 0,5) dalam hal tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan dan rasio konversi pakan pada semua perlakuan. Dengan memperhatikan data kualitas air dan tanah, disimpulkan bahwa sistem suspensi dianggap paling efektif dalam pengelolaan air kolam dan tanah kolam.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait

Keunggulan Metode Aerasi Sistem Suspensi

donasi dg belanja di Toko One


Lohalaksanadet dan Musig (1998) melaporkan bahwa penggunaan dua sistem aerasi, yaitu sistem aerasi untuk mensuspensi sedimen dan sistem aerasi untuk memindahkan sedimen ke tempat penimbunan di bagian tertentu di dasar kolam menyebabkan peningkatan kekeruhan air kolam sehingga menurunkan jumlah fitoplankton dan klorofil-a bila dibandingkan dengan kolam kontrol. Lebih rendahnya jumlah fitoplankton di kolam yang menggunakan kedua sistem aerasi ini menyebabkan lebih kecilnya fluktuasi harian pH dan konsentrasi oksigen terlarut, lebih sedikitnya penimbunan bahan organik, dan lebih tingginya potensial redoks tanah dasar kolam. Pada sistem suspensi sedimen diamati bahwa airnya lebih keruh serta fluktuasi harian pH dan konsentrasi oksigen terlarut lebih kecil bila dibandingkan dengan penggunaan aerasi untuk memindahkan sedimen ke tempat penimbunan tertentu. Tidak ada perbedaan nyata (P< 0,5) dalam hal tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan dan rasio konversi pakan pada semua perlakuan. Dengan memperhatikan data kualitas air dan tanah, disimpulkan bahwa sistem suspensi dianggap paling efektif dalam pengelolaan air kolam dan tanah kolam.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait

Selasa, 31 Mei 2016

Pengaruh Aerasi Oksigen Terhadap Kesehatan dan Produksi Ikan

donasi dg belanja di Toko One


Meade et al. (1991) meneliti pengaruh penambahan udara versus oksigen dalam sistem budidaya yang penggunaan airnya berangkai (air bekas kolam masuk ke kolam berikutnya) terhadap kalitas air dan pertumbuhan ikan, hematologi serta kondisi ginjal. Rangkaian ulangan lima unit budidaya, yang ditebari dengan ikan trout danau Salvelinus namaycush di Wisconsin dan Pennsylvania, telah dilengkapi dengan aerasi atau oksigenasi, kemudian air dan ikannya dipantau selama 2 bulan. Seperti yang diharapkan, konsentrasi amonia dan konduktivitas (daya hantar) air meningkat, sedangkan rata-rata konsentrasi oksigen terlarut (DO), tekanan gas total dan pertumbuhan ikan menurun karena airnya bekas kolam(-kolam) sebelumnya. Ada perbedaan tekanan gas total antara air yang diaerasi dan air yang dioksigenasi, karena efek penyingkiran nitrogen yang ditimbulkan oksigenasi mengakibatkan tekanan gas total menjadi jauh lebih rendah pada akhir rangkaian kolam dibandingkan dengan air pada kolam yang diaerasi. Jadi penggunaan oksigen jauh lebih efektif daripada penggunaan udara untuk mengendalikan nitrogen terlarut dan tekanan gas total. Disimpulkan bahwa penggunaan oksigen, sebagai pengganti udara, untuk mengendalikan oksigen terlarut tidak menyebabkan masalah fisiologis, tetapi juga tidak meningkatkan kesehatan maupun produksi ikan.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait

Senin, 30 Mei 2016

Kelangsungan Hidup, Umur dan Mortalitas Acartia

donasi dg belanja di Toko One


Trujillo-Ortiz dan Arroyo-Ortega (1991), dengan tujuan menganalisis mortalitas dan umur harapan hidup kopepoda calanoida Acartia californiensis selama siklus hidupnya, melakukan penelitian di bawah kondisi laboratorium (suhu 17 ± 1 °C dan salinitas 35 ppt). Telur dari individu dewasa yang dikumpulkan di Estero de Punta Banda, Baja California, Mexico, dikultur hingga tahap dewasa. Mereka diberi pakan mikroalga Tetraselmis sp dan Isochrysis tahitiana. Selama perkembangan organisme, laju mortalias maksimum terjadi pada tahap-tahap nauplius. Berdasarkan tabel spesifik-tahap hidup horizontal, rata-rata umur harapan hidup atau umur lebih lama bagi binatang hidup dalam populasi menunjukkan nilai-nilai tertinggi untuk tahap nauplius-I sampai nauplius-VI (3,98 hari ± 0,24 simpangan baku); nilai terendah diperoleh pada tahap-tahap kopepodid (2,26 hari ± 1,05 simpangan baku). Berdasarkan tabel spesifik-tahap hidup horizontal, selama sepuluh hari pertama umur organisme, kelangsungan hidup dan umur harapan hidup adalah 0,67 ± 0,24 simpangan baku dan 6,45 ± 0,82 simpangan baku, berturut-turut. Sebaliknya, nilai-nilai ini menurun sampai menjadi 0,183 ± 0,13 simpangan baku untuk kelangsungan hidup, dan 2,30 hari ± 1,32 simpangan baku untuk umur harapan hidup selama hari-hari akhir percobaan. Variasi mortalitas dan umur harapan hidup ungkin disebabkan perbedaan jenis akan dan variasi metabolisme organisme yang dipengaruhi tahap hidup.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait

Minggu, 29 Mei 2016

Pengaruh pH, Suhu dan Oksigen Terhadap Jamur Air

Arsip Cofa No. A 030
donasi dg belanja di Toko One


Jamur berperanan penting dalam aliran energi dan produktivitas ekosistem perairan melalui keberadaannya sebagai sumber karbon dan aktivitas metabolismenya terhadap substrat yang sesuai. Dalam lingkungan alami, penguraian substrat dilakukan baik secara bersama-sama maupun satu setelah yang lain oleh berbagai jenis jamur dan organisme lainnya yang mampu beradaptasi terhadap, atau toleran terhadap, kondisi lingkungan tertentu yang berkaitan dengan medium cair. Kondisi tersebut berkenaan dengan laju difusi oksigen dan karbon dioksida serta pengaruh bahan-bahan terlarut, termasuk karbon dioksida, terhadap pH medium. Ketersediaan oksigen, pH dan suhu merupakan parameter-parameter penting yang mempengaruhi efisiensi sistem enzim suatu jamur. Dalam lingkungan perairan, faktor-faktor ini bisa berubah dengan cepat. Fasilitas yang digunakan oleh suatu jamur agar dapat mengaktifkan sistem enzim yang sesuai dengan kondisi yang selalu berubah-ubah ini dengan demikian sangat penting dipelajari untuk memahami ekologi jamur.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait

Pengaruh Oksigen Terhadap Penetasan, Daya Hidup Telur dan Embryo Acartia

donasi dg belanja di Toko One


Lutz et al. (1992) meneliti pengaruh konsentrasi oksigen yang rendah terhadap penetasan dan daya hidup telur kopepoda laut. Telur dari empat spesies kopepoda, Acartia tonsa, Labidocera aestiva, Tortanus discaudatus dan Centropages hamatus dipaparkan terhadap oksigen berkonsentrasi kurang dari 0,02 ml oksigen per liter. Ketika telur-telur tersebut kemudian dipaparkan terhadap oksigen berkonsentrasi normal, tingkat penetasan bervariasi antar sesies, yang menunjukkan variasi kemampuan telur untuk bertahan hidup pada kondisi konsentrasi oksigen rendah. Pengeraman telur pada konsentrasi oksigen rendah menyebabkan perkembangan embryo menjadi lebih lama.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait

Minggu, 22 Mei 2016

Morfologi Jamur Saprolegniaceae

Arsip Cofa No. A 029
donasi dg belanja di Toko One


Anggota-anggota famili ini sebagian besar hanya dapat hidup di lingkungan perairan, tetapi kebanyakan spesies hidup di tanah. Berlawanan dengan pendapat para ilmuwan masa dahulu, kebanyakan jamur ini hidup saprofit pada serasah tumbuhan dan sedikit yang hidup pada bangkai binatang. Hanya beberapa spesies Achlya dan Saprolegnia yang kadang-kadang menyebabkan kematian anak-anak ikan dan telur ikan pada hatchery. Beberapa spesies Aphanomyces dan satu atau dua genus lainnya hidup parasit pada alga, akar tumbuhan tingkat tinggi atau pada binatang air.

Sekitar separuh genus memiliki oogonium yang berisi satu telur, tetapi sebagian besar genus dari famili ini memiliki oogonium yang bertelur-banyak. Jumlah telur per oogonium bervariasi dari 2 atau 3 sampai 50. Pada proses pembuahan telur, inti sperma – satu untuk setiap telur – masuk biasanya melalui tabung konjugasi yang menembus dinding oogonium dari antheridium. Pada beberapa kasus meskipun mempunyai antheridium namun tampaknya tidak ada lubang masuk bagi inti sperma sehingga telur berkembang secara partenogenetik. Oospora mungkin bertunas menjadi tabung tunas (germ tube) yang menghasilkan miselium baru. Pada Thraustotheca primoachlya Coker & Couch oospora yang sedang bertunas mungkin membelah diri menjadi beberapa spora internal atau spora internal ini dibentuk di dalam tabung tunas yang tumbuh keluar melalui celah-celah pada dinding oogonium (Coker & Couch, 1924). Ziegler (1948) mempelajari pertunasan 26 spesies dari famili ini yang mewakili 6 genus dan menemukan 4 tipe berikut ini. (1) “Sebuah tabung tunas dibentuk, dengan sebuah sporangium di puncaknya”; (2) “tabung tunas menghasilkan sebuah miselium yang sedikit bercabang dengan sebuah sporangium pada puncak hifa utama atau pada sebuah cabang”; (3) “tabung tunas primer membentuk sebuah miselium bercabang”; (4) “tabung tunas primer membentuk sebuah hifa panjang yang tak bercabang”.

Tampaknya bentuk zoospora primitif berupa seperti buah pear dengan dua flagela anterior yang sama panjang. Zoospora primer semacam ini hanya dibentuk oleh dua spesies Pythiopsis. Kebanyakan spesies dari ordo ini bersifat dimorfik (memiliki dua macam bentuk). Spesies-spesies lainnya menunjukkan berbagai modifikasi bentuk dimorfik ini.

Zoosporangia dibentuk pada ruas terakhir hifa, tetapi kadang-kadang dibentuk berderet satu di belakang yang lain. Ketika zoospora dilepaskan maka zoosporangium baru akan muncul, kadang-kadang lima atau enam kali. Pada kasus lain zoosporangia baru dibentuk pada cabang-cabang hifa. Biasanya mereka berbentuk ramping , seperti hifa penyokong, atau ujungnya membulat atau bulat telur. Pada kondisi kultur tertentu, hifa mungkin membentuk bulatan-bulatan zoosporangium yang berderet seperti rantai, yang masing-masing memiliki sebuah lubang pengeluaran di dekat ujungnya. Pada kondisi tertentu, zoosporangia membulat menjadi spora istirahat yang berdinding tebal atau chlamydiospora.

Biasanya zoospora terlepas setelah bagian atas zoosporangium melunak. Pada Saprolegnia, Leptolegnia dan Isoachlya zoospora primer berenang menjauh segera setelah dilepaskan kemudian mengkista pada jarak tertentu dari zoosporangium. Pada Achlya, Aphanomyces dan beberapa genus lain, zoospora primer mengkista segera setelah dilepaskan kemudian membentuk sebuah bola berisi sel-sel yang menghasilkan zoospora sekunder. Pada Thraustotheca dan genus lainnya zoospora primer mengkista di dalam zoosporangium dan ketika zoopsorangium pecah spora yang telah mengkista tadi keluar dan kemudian membentuk spora sekunder. Pada Dictyuchus spora yang telah mengkista berbentuk segi-banyak dan bertunas di dalam zoosporangium menjadi tabung pendek yang menembus keluar dinding zoosporangium, jadi bisa langsung melepaskan zoospora sekunder secara individu. Pada Aplanes dan Geolegnia dan beberapa genus lainnya spora primer yang telah mengkista bertunas menjadi tabung tunas di dalam zoosporangium atau setelah zoosporangium ini pecah. Pada berbagai kondisi kultur, individu-individu dari satu spesies Saprolegnia atau Achlya mungkin bisa dirangsang untuk membentuk zoospora dengan cara seperti yang ditempuh oleh Saprolegnia, Achlya, Thraustotheca atau Aplanes, yang menunjukkan bahwa modifikasi-modifikasi cara pembentukan zoospora ini tidak harus diikuti. Hal ini dikuatkan oleh kenyataan bahwa Salvin (1942) telah berhasil mengawinkan Thraustotheca clavata (de Bary) Humphrey dengan Achlya flagellata Coker; yang pertama menghasilkan anteridium dan yang terakhir memproduksi oogonium. Oospora yang dihasilkan dari perkawinan ini tidak dapat membentuk tunas melalui metode yang dicobakan.

Aphanomyces mempunyai zoosporangium yang ramping tetapi hanya memiliki saru deretan tunggal zoospora yang proses pelepasannya sama seperti pada Achlya. Oogonium hanya memiliki satu telur saja. Spesies dari genus ini bersifat parasit pada alga dan pada akar tumbuhan tingkat tinggi, di mana mereka bisa menyebabkan akar menjadi busuk, juga memparasiti binatang air, terutama krustasea. Aphanomyces acinetophagus ditemukan pada sejenis protozoa air tawar. Agak sulit dibedakan dari Aphanomyces adalah Hydatinophagus yang memparasiti rotifera. Genus lain yang berkerabat dekat dengannya adalah Sommerstorffia yang juga parasit pada rotifera dan memiliki cabang-cabang mirip paku untuk mencengkeram tubuh inangnya. Plectospira bersifat parasit pada akar tumbuhan dan mirip dengan Aphanomyces kecuali bahwa ia memproduksi sekumpulan hifa dengan bentuk lembaran-lembaran kecil yang tampaknya berfungsi sebagai tempat penyimpanan tambahan sebagian zoosporangia, seperti yang dijumpai pada beberapa spesies dari genus Pythium. Oogonium hanya memiliki sebutir telur tetapi tanpa periplasma (plasma tepi) dan dikelilingi oleh banyak antheridia, sampai lebih dari 50, tetapi hanya sedikit antheridia yang berkembang penuh. Leptolegnia mirip dengan Aphanomyces dalam hal hifa yang berbentuk ramping dan zoosporangium yang juga ramping dengan sederet zoospora serta dalam hal oogonium yang hanya membentuk satu telur saja. Ia berbeda dalam hal zoospora primer yang berenang menjauh segera setelah dilepaskan dan membentuk kista pada jarak tertentu dari zoosporangium seperti pada Saprolegnia.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait

Faktor-Faktor Lingkungan Pendukung Produksi Kultur Brachionus

donasi dg belanja di Toko One


Lubzens et al. (1990) meneliti kemungkinan memelihara rotifera (Brachionus plicatilis O.F. Müller) pada suhu 4 °C selama periode waktu yang lebih lama pada kepadatan tinggi dan biaya rendah. Ditemukan bahwa proses-proses dinamika yang terlibat dalam pemeliharaan populasi rotifera (penetasan dan produksi telur) terus berjalan pada suhu 4 °C, tetapi lajunya berkurang menjadi satu per sepuluh dibandingkan pada suhu 25 °C. Kelangsungan hidup rotifera dan persentase telur yang dibawanya dipengaruhi oleh frekuensi penggantian media kultur, salinitas media kultur dan jumlah pakan yang tersedia serta jenisnya (alga, ragi atau Topal). Tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi diamati pada rotifera yang dipelihara dalam kondisi gelap. Analisis statistik menunjukkan bahwa pada banyak kasus, pemeliharaan pada suhu 4 °C berpengaruh secara nyata terhadap kelangsungan hidup dan persentase telur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem kultur yang paling murah adalah yang melibatkan pemeliharaan rotifera (sedikitnya 1000 per ml) dalam media air laut bersalinitas 10 ‰ pada suhu 4 °C dengan ragi sebagai pakan. Media kultur sebaiknya diganti setiap 4 – 8 hari, dan kultur sebaiknya dipelihara dalam kondisi gelap. Rotifera hasil kultur ini bisa digunakan secara langsung, setelah diperkaya secara tepat dengan asam-asam lemak tak-jenuh, sebagai pakan untuk larva ikan laut, atau digunakan untuk memulai kultur baru. Makalah ini menyajikan metode baru pengawetan rotifera untuk periode yang lebih lama beberapa hari atau beberapa minggu. Metode ini memungkinkan untuk melakukan pengelolaan yang lebih fleksibel terhadap pasokan dan permintaan rotifera di hatchery budidaya air laut. Selain itu, rotifera yang diawetkan bisa didistribusikan dari satu lokasi utama ke hatchery-hatchery yang lebih kecil atau ke pengguna lain yang tidak memiliki fasilitas untuk mengkultur rotifera.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait