Senin, 25 Januari 2016

Gejala dan Pencegahan Aphanomycosis (Penyakit Pest Kepiting Atau Crayfish)

Arsip Cofa No. A 022
donasi dg belanja di Toko One


Penyebab penyakit aphanomycosis sejak lama sama sekali tidak diketahui. Diduga bahwa penyakit ini disebabkan oleh Bacterium pestis astaci, namun kemudian ditunjukkan bahwa jamur Phycomycetes Aphanomyces astaci adalah penyebabnya. Schaperclaus, pada tahun 1935, memberikan bukti yang tepat bahwa Aphanomyces menyebabkan penyakit ini, dan hasil penelitiannya dikuatkan oleh Nybelin (1935) serta Mannsfield (1942).

Nama Aphanomyces berarti sulit dilihat. Jalinan hifa menembus dan merusak karapas berkitin, yang melunak dan menjadi rapuh bila penyakitnya sangat parah. Ia juga menyerang jaringan penghubung dan, yang paling penting, sistem saraf; dalam kasus-kasus tertentu ia juga menyerang otot. Kerusakan saraf bisa menyebabkan kematian, apalagi bila karapas yang telah dirusak jamur diinfeksi oleh bakteri sehingga memperparah penyakit. Dengan pembesaran kuat (600 kali), terlihat bahwa hifa sering memiliki sitoplasma tak-berwarna dan banyak butiran. Hifa memiliki ujung yang bundar dan ketransparanannya menyebabkan mereka sulit dilihat. Jalinan benang dibentuk oleh hifa apabila percabangannya timbul di dekat pangkal hifa yang lain. Benang-benang ini selebar 4 - 8 mikron.

Perbanyakan dilakukan dengan spora vegetatif yang berdiameter 8,1 – 9,5 mikron, yang berasal dari dalam benang tadi, atau dengan reproduksi seksual antara organ kelamin jantan dan betina. Reproduksi aseksual terjadi bila kondisi luar tidak menguntungkan, dan setelah hewan inang mati. Inilah sebabnya mengapa miselium-miselium halus tampak terlihat keluar dari membran persendian udang crayfish yang telah mati. Mengingat jamur Aphanomyces merupakan parasit yang penyebarannya terbatas dan tidak menyukai hidup sebagai saprofit pada bangkai inangnya. Daya infeksi jamur ini sangat hebat, dan penyakit akibat jamur ini bisa muncul kembali di tempat yang sama bahkan setelah 10 sampai 20 tahun. Dr. Barthelmes (dari Institute of Ichthyology, Humboldt University, Berlin) menemukan Aphanomyces pada Diaptomus gracilis dan Asplanchna priodonta.

Sebagai upaya pencegahan, crayfish yang lemah dan mati akibat infeksi jamur ini harus disingkirkan dari perairan dan dikubur. Bila mungkin karantina ketat diterapkan terhadap binatang-binatang yang akan dimasukkan ke perairan atau ke dalam kolam.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait

Sabtu, 16 Januari 2016

Pengobatan Penyakit Jamur Saprolegnia Pada Ikan

Arsip Cofa No. A 021
donasi dg belanja di Toko One


Ada tiga metode penggunaan oksalat malasit hijau untuk mengobati dan mencegah penyakit jamur Saprolegnia pada ikan :

1. Perendaman ikan : rendam ikan dalam larutan malasit hijau (green malachite) berkonsentrasi 1 : 15.000 selama 10 sampai 30 detik (Foster dan Woodbury, 1936; O’Donnell, 1941).

2. Perlakuan satu-jam Tambahkan larutan malasit hijau encer ke dalam akuarium atau kolam, biarkan selama satu jam kemudian ganti air akuarium atau kolam ini dengan air segar. Konsentrasi yang disarankan adalah sebagai berikut : Untuk ikan trout dan salmon 1 sampai 3,3 ppm, tetapi fungisida sepekat ini kadang-kadang bisa mematikan ikan, terutama ikan yang sakit di dalam akuarium bersih. Hublou (1958) mendapatkan fakta bahwa konsentrasi 7,5 ppm bersifat mematikan bagi ikan kecil. Metode aliran kontinyu untuk ikan-ikan salmonidae seperti diuraikan oleh Burrows (1949) dan Johnson et al. (1955) dapat disesuaikan agar bisa dipakai untuk sistem kolam air-deras yang membutuhkan banyak peralatan. Clemens dan Sneed (1958) menyatakan bahwa konsentrasi 0,3 ppm tidak beracun bagi anak ikan lele selama 1 jam tetapi mereka menyarankan agar konsentrasinya 1 ppm yang dimasukkan ke dalam air mengalir. Jackson (1962) menemukan bahwa 2 ppm pada 54o selama sejam aman bagi ikan bluegill (Lepomis).

3. Perlakuan yang lebih lama. Sayangnya, perlakuan perendaman ikan dalam waktu yang lebih lama belum pernah dilaksanakan. Bagaimanapun, untuk pengujian lebih lanjut, malasit hijau dengan konsentrasi berikut ini tidak beracun bagi ikan walaupun pengaruhnya terhadap jamur yang tumbuh di luar tubuh ikan tidak dilaporkan : Foster (1936) sepertiga ppm; Hublou (1958) 1,25 ppm tidak beracun bagi ikan trout yang dipelihara dalam kolam yang keruh; Amlacher (1961) dan Steffens et al. (1962) 0,15 sampai 0,2 ppm tidak beracun bagi ikan trout; Clemens dan Sneed (1958) 0,1 ppm tidak beracun bagi lele; Amlacher (1961) 0,9 ppm tidak beracun bagi ikan karper.

Bahan kimia lain bisa diuji keefektivannya dalam mengendalikan jamur. Patterson (1950) menggunakan acriflavine 0,75 ppm per galon untuk mengendalikan Oodinium dan jamur pada ikan akuarium. Amlacher (1961) menyarankan penggunaan kalium permanganat 1 : 10.000 selama 5 sampai 10 menit. Antibiotik fungistatik (penghambat pertumbuhan jamur) seperti griseofulvin telah pula diuji.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait

Selasa, 12 Januari 2016

Pengendalian dan Pengobatan Serangan Jamur Saprolegnia Pada Telur Ikan

Arsip Cofa No. A 020
donasi dg belanja di Toko One


Jamur Saprolegniaceae hampir umum dijumpai di perairan tawar alami. Dalam menyerang telur ikan, Saprolegniaceae mengalami rintangan musiman, tetapi ikan lebih mudah diserang jamur ini pada awal musim semi (di daerah beriklim sedang) dan setelah aktivitas pemijahan.

Bila ikan dipakai sebagai bahan makanan bagi manusia atau binatang, ikan yang sakit hanya dapat ditangani dengan obat dan bahan kimia yang sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Badan federal yang mengatur masalah ini adalah Food and Drug Administration dan Depatemen Pertanian. Mungkin juga ada badan-badan serupa di tingkat lokal dan negara bagian.

Kebersihan dan sanitasi yang baik mutlak dibutuhkan untuk mengendalikan secara efektif penyakit dan/atau parasit yang menyerang ikan yang populasinya padat untuk meningkatkan efisiensi budidaya intensif. Masalah kebersihan dan sanitasi ini terutama perlu ditekankan selama masa pengeraman dan penetasan telur ikan serta selama masa pemeliharaan ikan.

Ada dua metode pengendalian jamur yang menyerang telur : cara mekanis dan cara kimia. Pengendalian mekanis dilakukan dengan menyingkirkan telur-telur yang mati dan telur yang telah terinfeksi dua atau tiga kali seminggu. Prosedur ini memakan banyak waktu, dan sebagian telur yang sehat bisa rusak karenanya. Pengendalian kimia dlaksanakan dengan memanfaatkan senyawa oksalat malasit hijau yang bebas-seng, sejenis fungisida. Pengendalian kimia ini lebih sederhana, lebih murah, dan dengan demikian lebih efisien. Laporan hasil penelitian terdahulu menyebutkan bahwa pemberian fungisida ini setiap hari pada bagian depan dan tengah kolam memberikan hasil yang efektif. Berdasarkan kapasitas rata-rata kolam, pengenceran akhir larutan malasit hijau agar efektif adalah seperempat sampai sepertiga ppm. Burrows (1949) menyarankan lama waktu perendaman satu jam dengan konsentrasi malasit hijau 5 ppm yang diberikan dua kali seminggu. Ia menyatakan bahwa sifon yang terus-menerus dilalui aliran air sangat berguna dalam mempertahankan konsentrasi fungisida yang dikehendaki selama penanganan. Cummins (1954) menggunakan perlakuan aliran air untuk telur ikan pikeperch. Johnson et al. (1955) menggunakan fungisida ini secara efektif dengan konsentrasi dan lama penanganan yang sama dalam operasi pegendalian jamur skala besar secara mekanis. Beberapa hatchery menemukan fakta bahwa perlakuan dua kali seminggu tidak cukup, dan meskipun tidak ada hasil penelitian yang mendukungnya, pengalaman menunjukkan bahwa perlakuan tipe aliran air harian dengan konsentrasi sekitar 5 ppm biasanya berhasil mengendalikan serangan jamur ini tanpa merusak telur.

Percobaan skala kecil bisa dilakukan untuk menentukan seberapa sering perlakuan ini harus dilaksanakan dan apakah konsentrasi fungisida yang dipakai tidak beracun bagi telur ikan. Penyiapan larutan fungisida perlu dilakukan lebih dulu agar zat warna tidak mengotori badan dan pakaian orang. Burrows (1949) menunjukkan bahwa perbandingan melebihi 1 bagian fungisida dalam 150 bagian air akan menyebabkan warna mengkristal dan hilang. Hublou (1959) menyarankan untuk menggunakan sifon dari plexiglass yang terus-menerus dialiri air ketika memperlakukan telur ikan dengan malasit hijau.

Formalin dengan perbandingan 1 : 500 sampai 1 : 1000 selama 15 menit juga digunakan dengan memberikan hasil yang memuaskan. Tembaga sulfat 1 : 200.000 selama satu jam juga bisa dipakai untuk mengendalikan jamur.

donasi dg belanja di Toko One

Referensi :
Artikel Terkait