Arsip Cofa No. A 014
donasi dg belanja di Toko One
Ciri-ciri penting strategi pencegahan penyakit ikan epizootik adalah praktek pemeliharaan yang baik dan pemonitoran yang tepat. Untuk mencapai tujuan ini, tindakan-tindakan berikut perlu dilakukan dengan efektif.
Disenfeksi Daerah Perairan
Pada awalnya kolam sebaiknya dikeringkan atau didisinfeksi. Pada kolam yang tidak dapat dikeringkan di mana pengeringan biasanya sulit dilakukan karena kelangkaan air untuk mengisinya kembali dan diperlukan saluran untuk mengalirkan air, disinfeksi kolam merupakan langkah yang paling sesuai. Pemakaian minyak biji tumbuhan mahua (Bassia latifolia) sebanyak 25 ppm atau serbuk pemutih (kapur berklorin) sebanyak 50 ppm dengan cepat membunuh semua spesies ikan liar, moluska, kecebong, kodok, kepiting, dll. dan juga akan mensucihamakan tanah dan air kolam.
Disinfeksi Peralatan
Semua peralatan seperti jaring, alat tangkap, peralatan plastik dan hapa ternyata ditempeli organisme patogen dan cukup berperan dalam penyebaran penyakit. Untuk mencegah penyebaran patogen dari satu daerah perairan ke daerah perairan lain maka peralatan tersebut sebaiknya dicuci dan dijemur dengan sempurna atau dicelupkan dalam larutan pekat disinfektan sebelum digunakan.
Disinfeksi Ikan
Umumnya disinfeksi ikan dilakukan dengan “memandikan” ikan secara rutin 4 kali setahun. Bahan kimia yang dipakai adalah Nace 3 – 4 % dan KMnO4. Bahan-bahan kimia ini biasanya dipakai untuk membasmi ektoparasit. Kepadatan penebaran yang tinggi sering menjadi penyebab utama stres pada ikan budidaya. Kepadatan yang terlalu tinggi akan menurunkan mutu air, yang kemudian menyebabkan ikan mengalami stres. Bila ada ikan yang mati maka harus segera disingkirkan.
Penurunan keparahan gejala EUS pada tahun-tahun selanjutnya di berbagai negara memperkuat dugaan bahwa daya tahan terhadap penyakit perlahan-lahan terbentuk pada generasi-generasi yang berturutan. Penebaran stok ikan kebal-penyakit akan mencegah terjadinya penyakit tersebut, tetapi disarankan hanya dilakukan di daerah di mana penyakit telah berjangkit karena mereka bisa saja tidak tampak tetapi kemudian dapat menginfeksi dengan hebat ikan-ikan di daerah yang masih “bersih”. Penebaran spesies kebal-penyakit seperti Tilapia dilakukan besar-besaran selama musim EUS.
Pemberian Pakan Yang Cukup
Perawatan harus dilakukan untuk mempertahankan jumlah optimum pakan agar dapat melestarikan populasi ikan (yang biasanya padat) di dalam suatu perairan dengan sistem budidaya intensif dan semi intensif. Bila pakan alami tidak cukup maka harus diberi pakan tambahan dengan mutu yang baik. Kekurangan mutu dan jumlah pakan sering menyebabkan penyakit defisiensi gizi dan meningkatkan kerentanan terhadap banyak penyakit infeksi.
Pemisahan Ikan Muda dan Induk
Ikan-ikan dewasa dan induk sering berperan sebagai pembawa bibit patogen (carrier) tanpa menunjukkan gejala-gejala klinis. Mereka kadang-kadang tetap bertahan hidup ketika terjadi penyakit epizootik karena telah membangun kekebalan tetapi bisa mengandung beberapa patogen. Untuk mencegah resiko ini perlakuan yang terbaik adalah memisahkan ikan muda dari ikan induk dan ikan lain. Hatchery seharusnya tetap mencatat perpindahan anak ikan (yang mencakup spesies, jumlah, ukuran dan alamat tujuan), sehingga bila terjadi penyakit maka lokasi wabah bisa ditelusuri.
Pengendalian Ikan Liar
Ikan liar sering membawa patogen yang dapat menyebabkan kerusakan serius bagi populasi ikan budidaya yang sangat padat. Banjir berkala (selama musim hujan) bisa menciptakan hubungan dengan ikan liar. Pertanian yang menerima pasokan arnya dari saluran irigasi atau dari sawah padi beresiko tinggi terkena infeksi sebagai mana dibuktikan selama berjangkitnya EUS. Bila wabah epizootik terjadi maka air kolam sebaiknya jangan diganti dan pematang kolam ditinggikan untuk mencegah masuknya air banjir.
Pengendalian Vektor dan Hama
Ikan budidaya merupakan bagian kompleks fauna di mana ada tiga tipe fauna lain yang berbahaya bagi ikan yang ikut menyusun kompleks tersebut (a) binatang yang berfungsi sebagai inang-antara parasit yang melengkapi siklus hidupya dalam tubuh ikan, misal binatang ini adalah siput. Siput sebaikhya dibunuh untuk diamati secara rutin. (b) Lintah yang berfungsi sebagai penular protozoa darah Cryptobia. Argulus juga merupakan parasit potensial yang dapat berperan sebagai vektor. (c) Beberapa binatang dan tumbuhan air (terutama plankton) yang selalu ada dalam habitat terkendali bisa mengalami ledakan populasi yang membahayakan ikan. Dalam kolam pemeliharaan (nursery pond) dan pembesaran (rearing pond) perlu diberi malation sebanyak 0,25 ppm 4 – 5 hari sebelum penabaran. Malation membasmi kopepoda besar yang muncul dalam jumlah banyak sebelum penebaran.
Pengaturan Karantina
Dalam rangka pencegahan penyakit ikan, perlu ditekankan bahwa pemasukan (introduksi) dan perpindahan ikan sebaiknya dikenai perlakuan karantina. Penyebaran ikan terinfeksi berperanan penting dalam menurunkan produktivitas ikan di Asia Tenggara. Hanya sedikit perhatian diarahkan pada kemungkinan bahwa ikan dan invertebrata impor juga dapat membawa penyakit dan parasit luar yang berbahaya. Lilley et al. (1992) berpendapat bahwa cepatnya penyebaran sindrom borok (ulcerative syndrome) melintasi daerah aliran sungai, laut dan batas-batas negara, memperkuat dugaan bahwa kemungkinan besar manusia bertanggung jawab atas penyebaran EUS, baik di dalam negeri maupun melintasi batas-batas antar negara. Karena itu perlu dimantapkan sistem karantina ikan yang didukung undang-undang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar