Arsip Cofa No. A 020
donasi dg belanja di Toko One
Jamur Saprolegniaceae hampir umum dijumpai di perairan tawar alami. Dalam menyerang telur ikan, Saprolegniaceae mengalami rintangan musiman, tetapi ikan lebih mudah diserang jamur ini pada awal musim semi (di daerah beriklim sedang) dan setelah aktivitas pemijahan.
Bila ikan dipakai sebagai bahan makanan bagi manusia atau binatang, ikan yang sakit hanya dapat ditangani dengan obat dan bahan kimia yang sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Badan federal yang mengatur masalah ini adalah Food and Drug Administration dan Depatemen Pertanian. Mungkin juga ada badan-badan serupa di tingkat lokal dan negara bagian.
Kebersihan dan sanitasi yang baik mutlak dibutuhkan untuk mengendalikan secara efektif penyakit dan/atau parasit yang menyerang ikan yang populasinya padat untuk meningkatkan efisiensi budidaya intensif. Masalah kebersihan dan sanitasi ini terutama perlu ditekankan selama masa pengeraman dan penetasan telur ikan serta selama masa pemeliharaan ikan.
Ada dua metode pengendalian jamur yang menyerang telur : cara mekanis dan cara kimia. Pengendalian mekanis dilakukan dengan menyingkirkan telur-telur yang mati dan telur yang telah terinfeksi dua atau tiga kali seminggu. Prosedur ini memakan banyak waktu, dan sebagian telur yang sehat bisa rusak karenanya. Pengendalian kimia dlaksanakan dengan memanfaatkan senyawa oksalat malasit hijau yang bebas-seng, sejenis fungisida. Pengendalian kimia ini lebih sederhana, lebih murah, dan dengan demikian lebih efisien. Laporan hasil penelitian terdahulu menyebutkan bahwa pemberian fungisida ini setiap hari pada bagian depan dan tengah kolam memberikan hasil yang efektif. Berdasarkan kapasitas rata-rata kolam, pengenceran akhir larutan malasit hijau agar efektif adalah seperempat sampai sepertiga ppm. Burrows (1949) menyarankan lama waktu perendaman satu jam dengan konsentrasi malasit hijau 5 ppm yang diberikan dua kali seminggu. Ia menyatakan bahwa sifon yang terus-menerus dilalui aliran air sangat berguna dalam mempertahankan konsentrasi fungisida yang dikehendaki selama penanganan. Cummins (1954) menggunakan perlakuan aliran air untuk telur ikan pikeperch. Johnson et al. (1955) menggunakan fungisida ini secara efektif dengan konsentrasi dan lama penanganan yang sama dalam operasi pegendalian jamur skala besar secara mekanis. Beberapa hatchery menemukan fakta bahwa perlakuan dua kali seminggu tidak cukup, dan meskipun tidak ada hasil penelitian yang mendukungnya, pengalaman menunjukkan bahwa perlakuan tipe aliran air harian dengan konsentrasi sekitar 5 ppm biasanya berhasil mengendalikan serangan jamur ini tanpa merusak telur.
Percobaan skala kecil bisa dilakukan untuk menentukan seberapa sering perlakuan ini harus dilaksanakan dan apakah konsentrasi fungisida yang dipakai tidak beracun bagi telur ikan. Penyiapan larutan fungisida perlu dilakukan lebih dulu agar zat warna tidak mengotori badan dan pakaian orang. Burrows (1949) menunjukkan bahwa perbandingan melebihi 1 bagian fungisida dalam 150 bagian air akan menyebabkan warna mengkristal dan hilang. Hublou (1959) menyarankan untuk menggunakan sifon dari plexiglass yang terus-menerus dialiri air ketika memperlakukan telur ikan dengan malasit hijau.
Formalin dengan perbandingan 1 : 500 sampai 1 : 1000 selama 15 menit juga digunakan dengan memberikan hasil yang memuaskan. Tembaga sulfat 1 : 200.000 selama satu jam juga bisa dipakai untuk mengendalikan jamur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar