Lohalaksanadet dan Musig (1998) melaporkan bahwa penggunaan dua sistem aerasi, yaitu sistem aerasi untuk mensuspensi sedimen dan sistem aerasi untuk memindahkan sedimen ke tempat penimbunan di bagian tertentu di dasar kolam menyebabkan peningkatan kekeruhan air kolam sehingga menurunkan jumlah fitoplankton dan klorofil-a bila dibandingkan dengan kolam kontrol. Lebih rendahnya jumlah fitoplankton di kolam yang menggunakan kedua sistem aerasi ini menyebabkan lebih kecilnya fluktuasi harian pH dan konsentrasi oksigen terlarut, lebih sedikitnya penimbunan bahan organik, dan lebih tingginya potensial redoks tanah dasar kolam. Pada sistem suspensi sedimen diamati bahwa airnya lebih keruh serta fluktuasi harian pH dan konsentrasi oksigen terlarut lebih kecil bila dibandingkan dengan penggunaan aerasi untuk memindahkan sedimen ke tempat penimbunan tertentu. Tidak ada perbedaan nyata (P< 0,5) dalam hal tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan dan rasio konversi pakan pada semua perlakuan. Dengan memperhatikan data kualitas air dan tanah, disimpulkan bahwa sistem suspensi dianggap paling efektif dalam pengelolaan air kolam dan tanah kolam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar