Kungvankij et al. (1986) dalam Maclean (1986) melaporkan bahwa meskipun banyak jenis pakan udang buatan telah diformulasikan, namun pakan tersebut terlalu mahal atau ketersediaannya terbatas secara komersial. Sebaliknya, organisme pakan alami sulit untuk dipelihara dan pasokannya sering tidak menentu. Telah dilakukan upaya-upaya penelitian untuk mengembangkan pakan buatan yang cocok bagi larva udang dengan bahan-bahan yang tersedia secara lokal. Udang rebon (Acetes) segar dan kering harganya murah dan tersedia dalam jumlah besar di perairan tropis. Percobaan pemeliharaan larva dengan menggunakan pakan berupa udang rebon giling telah dilakukan pada berbagai kondisi iklim dan sistem hatchery. Pada musim kering, larva di tangki luar-ruangan yang diberi pakan rebon kering menunjukkan tingkat kelangsungan hidup tertinggi (68 %) dibandingkan larva yang diberi pakan Chaetoceros (48%) atau rebon segar (39%). Larva di tangki luar-ruangan berganti kulit ke tahap post larva dalam waktu delapan sampai sembilan hari. Sebaliknya, larva di tangki dalam-ruangan hatchery yang dipelihara dengan pakan Chaetoceros memiliki tingkat kelangsungan hidup lebih tinggi (52 %) daripada yang diberi pakan dengan rebon (35 %) dan rebon segar (24 %); bagaimanapun, periode ganti kulit dari telur ke post larva membutuhkan waktu 11 - 12 hari. Selama bulan-bulan musim hujan, kelangsungan hidup larva yang dipelihara dengan pakan Skeletonema, rebon kering dan rebon segar di tangki luar-ruangan adalah 72%, 52% dan 38% sedangkan di tangki dalam-ruangan 62%, 40% dan 23%, berturut-turut. Bagaimanapun, periode ganti kulit dari telur ke post larva adalah 9 – 10 hari dan 12 – 13 hari di tangki luar-ruangan dan dalam-ruangan, berturut-turut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar