Sabtu, 03 November 2018

Penangkapan dan Manajemen Perikanan Udang Laut


Sumberdaya Udang di Indonesia

Udang merupakan komoditi ekspor perikanan primadona di Indonesia. Ditemukan sekitar 83 spesies udang di perairan Indonesia dan hanya sedikit di antaranya dieksploitasi secara komersial. Penaeidae merupakan spesies utama yang banyak ditangkap. Spesies ini hampir selalu ditemukan di semua perairan pesisir, terutama dekat daerah estuaria, di perairan sedalam 30 – 40 meter dengan dasar lumpur berpasir. Khusus untuk tiger prawn atau udang windu (Penaeus monodon dan Penaeus semisulcatus), kedalaman yang sesuai adalah 40 – 60 meter dengan kondisi air jernih dan dasar lumpur berpasir. Pendugaan MSY (Maximum Sustainable Yield) untuk udang dan lobster didasarkan pada model Graham-Schaefer yang menggunakan analisis regresi terhadap hasil tangkap per satuan upaya versus jumlah upaya. Data yang digunakan adalah data primer dari hasil survei laut (hasil tangkapan kapal penelitian dan nelayan) dan survei pendaratan (pangkalan pendaratan dan stasiun pengumpulan udang). Sumberdaya nasional udang penaeidae di Indonesia diduga sebanyak 199.400 ton per tahun dan MSY-nya adalah 100.700 ton per tahun (Anonymous, 1992).

Evaluasi Terhadap Larangan Penangkapan Udang Laut di Perairan Queensland

Long et al. (1991) menyajikan data hasil survei tahun 1989 setelah dilarangnya operasi trawl udang Pesisir Timur di perairan utara Queensland, Ausralia, untuk menduga pengaruh larangan trawl terhadap laju tangkap dan ukuran udang serta menentukan apakah waktu diberlakukannya larangan berhasil dalam melindungi stok udang juvenil untuk setiap spesies. Perikanan ini terutama dipusatkan pada brown tiger prawn (Penaeus esculentus), tetapi juga menangkap groobed tiger prawn (Penaeus semisulcatus), endeavour prawn (Metapenaeus endeavour), Metapenaeus ensis dan Penaeus latisulcatus. Hasil survei menunjukkan bahwa larangan ini secara efektif menurunkan jumlah juvenil Penaeus esculentus dan Penaeus latisulcatus yang tertangkap secara kebetulan; bagaimanapun, karena perbedaan regional dalam hal populasi udang dan perbedaan interspesifik dalam hal biologi populasi udang, larangan untuk seluruh pesisir timur tidak sama efektifnya untuk setiap daerah.

Penutupan Musim Penangkapan Udang Dengan Trawl di Moreton Bay, Queensland

Courtney et al. (1991) melaporkan bahwa pada tahun 1988, penutupan musim penangkapan udang dengan trawl diperkenalkan di Moreton Bay, Queensland, Australia, untuk mengurangi upaya penangkapan udang-udang kecil. Untuk itu dilakukan program penelitian yang dimulai pada bulan Agustus 1988 guna membahas penutupan musim penangkapan di teluk ini serta mempelajari kemungkinan pengaruh, bila ada, manipulasi penangkapan tersebut terhadap perikanan. Pola ruang dan pola waktu dalam hal distribusi udang dari semua spesies komersial utama yang sedang berekruitmen telah dipelajari untuk menentukan bulan apa dan daerah mana yang penangkapannya melebihi pertumbuhan udang; tiga spesies komersial yang terlibat dalam perikanan ini adalah Metapenaeus bennettae, Penaeus plebejus dan Penaeus esculentus. Secara keseluruhan, ditemukan bahwa pengaruh penutupan musim penangkapan terhadap hasil-per-rekruit untuk tiga spesies utama adalah tidak nyata, dan juga disimpulkan bahwa kelanjutan penutupan musim penangkapan ini tidak dapat dipertanggung jawabkan.

Daftar Pustaka :

Anonymous. 1992. The Indonesian Fisheries Profile. Department of Agriculture, Directorate General of Fisheries. Jakarta. 25 pp.

Courtney, A.J., J.M. Masel and D.J. Die. 1991. An Assessment of Recently Introduced Seasonal Prawn Trawl Closures in Moreton Bay, Queensland. INF. SER. DEP. PRIMARY IND. (QUEENSLAND), No. Q191037, 84 pp.

Long, W.J.L., S.A. Helmke and R.G. Coles. 1991. Preliminary Assessment of The 1988/89 East Coast Prawn Trawling Closure. INF. SER. DEP. PRIMARY IND. (QUEENSLAND), No. Q191038, 14 pp.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar